Sebelum mereka pulang dari rumah sakit, lanjut dia, dokter menjelaskan operasi itu hanya bersifat sementara dan Marselino harus menjalani operasi lanjutan.
"Dokter bilang kalau nanti sudah siap operasi lanjutan supaya saya buat surat rujukan antara di Kupang atau di mana begitu," ungkap dia.
Ia mengaku, hingga kini operasi lanjutan untuk buah hati mereka belum bisa dilakukan lantaran terkendala biaya. Apalagi, dokter menyarankan agar anaknya itu harus operasi di luar daerah dan membutuhkan biaya besar.
Baca juga: Tipu Daya Mahasiswi Gadungan di Manggarai NTT, Terbongkar Saat Ortu Cari Nama Anak Saat Wisuda
Hyronumis dan istrinya merasa kesusahan. Dia mengatakan, sebagai petani penghasilannya tidaklah menentu.
Sehingga, sulit rasanya untuk bisa membawa anak mereka menjalani operasi di luar daerah.
"Jangankan biaya hidup sehari-hari membeli kantong kolostomi untuk Marselino saja kami susah, harga cukup mahal," ujarnya
Bahkan Hyronimus sempat batal memBeli kantong lantaran tak memiliki uang.
"Kami ini betul-betul tidak punya apa-apa tidak punya penghasilan makan saja susah. Untuk beli kantong untuk tampung BAB saja itu, tadi saya kaget harga kantong 1 biji Rp 65.000, saya tidak jadi beli. Sementara anak saya ini satu hari harus butuh satu kantong. Karena itu harus diganti setiap hari. Karena kendala saya dan keluarga sekarang ini karena habis stok kantong, saya sudah bingung mencari cara agar bisa membelinya kembali," imbuhnya.
UPDATE : Kompas.com mengajak pembaca untuk membantu kisah bayi Marcelino. Uluran tangan Anda dapat disalurkan dengan cara klik di sini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.