KOMPAS.com – Kemarau panjang berdampak pada krisis air minum di wilayah Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya Desa Komba.
Debit air di dua sumber mata air yakni Wae Nggiring dan Wae Mbete terus menyusut dan berkurang.
Alhasil, warga Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, harus bangun jam 04.00 subuh. Mereka menimba air minum di sumber mata air Wae Nggiring dan Wae Mbete.
Warga di Nusa Tenggara Timur itu harus berjalan kaki untuk menimba air minum yang terletak di sisi selatan dan utara desa tersebut.
Baca juga: Krisis Air Bersih, 336 KK di Kediri Andalkan Suplai Pemerintah
"Dampak kemarau berkepanjangan, debit air minum di sumber mata air Wae Nggiring dan Wae Mbete sangat berkurang."
"Kalau sumber mata air Wae Nggiring pada musim kemarau saat ini debit airnya sangat berkurang, terkadang warga baku rebut untuk pergi timba sampai ada warga yang terpaksa bangun jam 04.00 subuh agar bisa dapat air."
"Sedangkan sumber mata air Wae Mbete yang sedang dilakukan pembersihan hari ini, Minggu, (12/11/2023) debit airnya juga berkurang, tapi masih bisa bertahan walaupun pada sore hari kita terpaksa timba airnya sudah keruh atau kotor," jelas Sekretaris Desa Komba, Robertus Jegaut saat dihubungi melalui sambungan WhatsApp.
Jegaut menjelaskan, Sabtu (4/11/2023) lalu warga dusun Paundoa membersihkan sumber mata air Wae Nggiring secara swadaya oleh masyarakat Dusun Paundoa.
Kegiatan tersebut swadaya, murni berkat kesadaran masyarakat setempat akan pentingnya kebersihan dan kelestarian air minum bersih, apa lagi pada musim kemarau seperti ini.
"Sumber mata air Wae Nggiring berada di lokasi RT006 RW003, Dusun Paundoa dan sumber mata air Wae Mbete berlokasi di RT003, Dusun yang sama," jelasnya.
Baca juga: Sediakan Air Bersih untuk Masyarakat, WBN Bangun Water Intake dan WTP di Halmahera Tengah
Jegaut menjelaskan, jarak mata air Wae Mbete dengan pemukiman warga 2 kilometer. Jumlah kepala keluarga (KK) pemanfaat sekitar 70.
Sementara itu jarak sumber mata air Wae Nggiring kurang lebih 600 meter dengan pemanfaat lebih dari 50 KK.
Untuk menambah stok air minum bersih, warga terpaksa harus membeli air yang dijual dengan mobil pickup di mana harga per tangki 1.000 liter adalah Rp 100.000.
Jegaut menjelaskan tua-tua etnis Rongga di Manggarai Timur melaksanakan ritual adat Rii Ka Nee Dengi Wae Susu (memberikan penghormatan kepada leluhur yang pertama kali menemukan sumber mata Wae Nggiring dan Wae Mbete), Sabtu (11/11/2023) dan Sabtu, (4/11/2023).
"Tii Ka artinya menghormati leluhur, Nee Dengi Wae Susu berarti meminta penjaga mata air agar tidak kering, baik saat kemarau maupun saat musim hujan."
Baca juga: Enam Remaja Beraksi, Bangun Akses Air Bersih dan Sanitasi Warga