Ketua panita pembangunan patung Jokowi, Adil Sebayang, mengatakan bahwa pembangunan monumen tersebut diperkirakan bakal menghabiskan dana sekitar Rp2,5 miliar.
Adil mengungkap dana pembangunan patung itu berasal dari sumbangan masyarakat dan donatur.
"Saat ini dana yang terkumpul dari swadaya masyarakat mencapai Rp 400 juta," ucap Adil, seperti dikutip Kompas.com.
Baca juga: Patung Jokowi Naik Motor Jadi Ikon Baru di Sirkuit Mandalika, Ini Filosofinya
Samsul menilai warga sekitar memang tak akan sanggup mengumpulkan dana sebanyak itu karena penduduk LMD rata-rata hanya petani jeruk biasa, bukan pengusaha besar.
"Itu kan dari petani-petani biasa, petani jeruk, bukan pengusaha besar, mengeluarkan uang sebesar itu, diminta sumbangan-sumbangan, itu saya kira enggak etis, enggak layak," katanya.
"Kecuali panitianya mencari sponsor, itu terserah. Namun, kalau dari warga sekitar, seharusnya jangan dilakukan seperti itu."
Peneliti politik BRIN, Devi Darmawan, menilai bahwa dengan Jokowi memberikan restunya untuk pembangunan patung tersebut, menunjukkan bahwa ia memiliki keinginan untuk meninggalkan warisan politik sebelum masa kepemimpinannya berakhir.
“Itu terlihat seperti [Jokowi] ingin menghidupkan politik mercusuar lagi. Karena ingin ada bangunan, ada prasasti yang menunjukkan bahwa Jokowi adalah sosok presiden yang berhasil, dengan dibangunnya patung tersebut,” ungkap Devi kepada BBC News Indonesia.
Berkaca pada suasana politik beberapa bulan terakhir, kata Devi, Jokowi memiliki kecenderungan untuk ‘merestui’ hal-hal yang sebetulnya tidak baik bagi masyarakat maupun demokrasi.
“Dengan adanya kecenderungan keberpihakan presiden terhadap salah satu pasangan calon untuk pemilu 2024, itu kelihatan bahwa Jokowi bukan seorang demokrat."
Baca juga: Pernah Kirim 3 Ton Jeruk ke Istana, Warga Liang Melas Datas Akan Bangun Monumen Jokowi
"Dengan dibangunnya patung gambar Jokowi di saat ini, menjelang akhir pemerintahannya, menurut saya itu tidak bijak," lanjut Devi.
Ia menambahkan bahwa patung itu kelak akan menjadi simbol pengaruh Jokowi di daerah tersebut yang kemudian berpotensi menjadi ‘lumbung suara’ bagi calon pasangan yang Jokowi dukung dalam Pemilu 2024.
Selain itu, Devi juga menyoroti dana Rp2,5 miliar yang tentu tidak kecil, terutama untuk ukuran desa.
Ia mengatakan bahwa dana tersebut seharusnya dialokasikan untuk pembangunan dessa atau mensejahterakan rakyat di sana ketimbang membangun patung Jokowi.
“Kalau misalnya memang mau dialokasikan ke yang lain, justru ke hal yang lebih berpengaruh di tingkat lokal. Ke pangan misalnya yang menjadi masalah krusial saat ini,” sebut Devi.
Sementara, pengamat politik, Ray Rangkuti, mengatakan cukup wajar jika masyarakat Karo ingin membangun patung untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka kepada Jokowi atas pembangunan yang dilakukan pemerintahannya.
Baca juga: Warga Akan Bangun Monumen Jokowi Menangis di Adonara, NTT, Luasnya 5.000 Meter Persegi
Sebab, menurut Ray, tidak bisa dipungkiri bahwa Jokowi cukup berjasa dalam meningkatkan pembangunan di beberapa daerah di Indonesia.
“Bagaimanapun, Jokowi memang punya catatan yang layak dikenang, pembangunan-pembangunan zaman dia ini tidak bisa diabaikan begitu saja,” kata Ray.
Namun, Ray juga merasa bahwa Jokowi memang memiliki keinginan untuk melenggangkan kekuasaan dan pengaruhnya, sehingga motif politik juga tidak bisa diabaikan.
“Bahwa ia mendorong anaknya untuk jadi wakil Presiden saja itu menunjukkan pada kita bahwa dia tetap ingin berkuasa. Dia ingin tetap menjadi sesuatu yang diperbincangkan di republik ini,” ujar Ray.
BBC News Indonesia telah menghubungi Deputi II Kepala Staf Kepresidenan bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Abetnego Panca Putra Tarigan namun Abetnego menolak untuk memberi tanggapan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.