Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Suku Asli Halmahera Lawan Buldoser demi Selamatkan Hutan

Kompas.com - 02/11/2023, 11:07 WIB
Farid Assifa,
Yamin Abdul Hasan

Tim Redaksi

TERNATE, KOMPAS.com – Sebuah video suku pedalaman Ohongana Manyawa di wilayah Halmahera, Maluku Utara, viral di media sosial.

Video dramatis itu diunggah akun X (sebelumnya Twitter) Survival International. Rekaman video itu menunjukkan dua orang suku pedalaman sedang mendekati buldoser di dekat tambang nikel. Keduanya berusaha menghalau dengan memanah alat berat itu agar tidak memasuki wilayah mereka.

Dilansir Kompas.com dari situs resmi Survival International, video dramatis itu menunjukkan anggota suku asli yang tertutup memperingatkan orang luar untuk menjauhi kawasan mereka.

Keduanya tampak bersiaga dengan panah hanya beberapa meter dari bulodser yang siap menghancurkan hutan tempat tinggal salah satu suku asli Indonesia itu. Bahkan salah seorangnya memanah buldoser yang siap membabat hutan mereka.

Baca juga: Speedboat Tenggelam di Halmahera, 5 Penumpang dan 2 ABK Selamat

Survival International menyatakan para pegiat sudah memperingatkan bahwa bencana hak asasi manusia sedang terjadi di Pulau Halmahera. Operasi penebangan kayu dan penambangan nikel menembus hutan hujan tempat suku Hongana Manyawa tinggal.

Direktur Survival International Caroline Pearce menyatakan, tahun lalu pihaknya sudah sudah berkampanye terkait potensi bencana hak asasi manusia yang dialami suku pedalaman di Pulau Halmahera. Pearce menyebut bencana itu dengan istilah genosida.

"Survival telah berkampanye melawan potensi genosida ini sejak tahun lalu, dan video ini adalah bukti nyata dari apa yang telah kami katakan--bahwa operasi penambangan di Halmahera kini merambah jauh ke dalam hutan hujan di wilayah tersebut. Hongana Manyawa," kata Pearce dalam situs Survival International.

Mengenal Hongana Manyawa  

Wakil Rektor Universitas Halmahera (Uniera) Dr. Sirayandris J Botara MSi Teol yang dihubungi Kompas.com, Selasa (1/11/2023), menjelaskan, bahwa salah satu komunitas yang masih mendiami pedalaman Halmahera adalah etnis Tobelo Dalam.

Umumnya, masyarakat mengenal mereka sebagai suku Togutil, tetapi sesungguhnya sebutan ini sendiri tidak sesuai dengan status kultural dari komunitas ini.

“Suku Togutil berkaitan dengan pelabelan terhadap komunitas, ini yang diwarisi sejak lama. Masyarakat lokal mengenal ini dengan Tugo Tukil, maka jadilah Togutil, sering dikaitkan dengan naluri berburu dari komunitas ini,” kata Sirayandris.

Komunitas ini katanya lebih memilih disebut Ohongana Manyawa, yang jika diterjemahkan, ohangana bisa diartikan orang hutan, dan manyawa itu manusia atau orang.

“Tapi bukan itu arti sebenarnya. Ohongana Manyawa lebih tepat diartikan sebagai orang yang mendiami belantara hutan Halmahera, maknanya orang yang hidup bersama alam. Ohangana Manyawa menggunakan Bahasa Tobelo sehingga disebut Tobelo Dalam,” tuturnya.

Namun, ini berbeda lafalnya di beberapa tempat seperti di Kabupaten Halmahera Tengah, yang mana bahasa Tobelo pada komunitas ini sudah dipengaruhi oleh bahasa sub etnis Tabaru, yakni salah satu subetnis yang ada di Halmahera khususnya di Kabupaten Halmahera Barat.

Anggota komunitas ini yang sudah berbaur dengan masyarakat juga sangat jarang atau tidak lagi disebut lagi Ohangana Manyawa.

Mereka ini masih dapat dijumpai di Sebagian wilayah Kabupaten Halmahera Timur, seperti Miaf, Maba Tengah, Tanjung Lili, Dorosago, Maba Utara, Waya, dan Wasilei Utara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Regional
Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Regional
Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Regional
Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Regional
Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar

Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar

Regional
Cerita Jadi Jemaah Haji Termuda di Semarang, Halima Ngaku Sudah Nabung sejak TK

Cerita Jadi Jemaah Haji Termuda di Semarang, Halima Ngaku Sudah Nabung sejak TK

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Mantan Bos PSIS dan Ketua Citarum Jogging Club Kompak Dukung Mbak Ita Maju di Pilwalkot Semarang 2024

Mantan Bos PSIS dan Ketua Citarum Jogging Club Kompak Dukung Mbak Ita Maju di Pilwalkot Semarang 2024

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com