Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kegigihan Orangtua Rawat Anak Disabilitas: Apakah Anak Saya Masih Punya Mimpi?

Kompas.com - 02/11/2023, 08:44 WIB
Susi Gustiana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Dengan kondisi keterbatasan, SU masih belum lancar membaca. Bahkan, mengenal huruf juga belum tuntas.

"Sekolah bagi SU bukan untuk menggapai cita-cita tetapi merasakan kesempatan belajar seperti yang lain," cerita Sahami.

Meskipun sekolah dasar yang ada di desa itu sudah menerapkan pendidikan inklusi dan ramah anak bagi Sahami anaknya tidak bisa mengikuti pembelajaran seperti temannya.

Begitu pula standar di tingkat SMP yang jauh lebih sulit. Batin Sahami semakin teriris setiap memikirkan nasib anaknya itu.

Ia menyadari bangku pendidikan adalah jalan mengakses masa depan tetapi apa daya ketika keterbatasan membatasi mereka.

Sahami berurai air mata. Ia tidak mampu lagi menahan pedih. Anak perempuannya itu sudah sejak lahir mengalami keterbatasan fisik dan mental.

Sebagai seorang anak, SU sesekali membantu pekerjaan orangtuanya saat musim panen tiba. Meskipun kondisi fisiknya tidak mendukung.

Kedua orangtua SU menjadi buruh panen di sawah dan kebun milik orang lain. Hasil upah dari memanen itu dikumpulkan untuk biaya hidup.

Baca juga: Perjuangan Ibu di Kediri Rawat Anak Disabilitas hingga Kematian Menjemput Keduanya

Namun tidak banyak yang mampu dikerjakan SU saat di sawah. Ia hanya membantu seadanya.

SU pernah ditawari melanjutkan pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang berlokasi di Kecamatan Alas, tetapi orangtuanya tak mampu mengantarkan karena jarak yang cukup jauh.

"Kami tidak punya kendaraan untuk antar tiap hari. Untuk makan saja susah, bagaimana kami akses SLB yang cukup jauh di Alas," ucap Sahami.

Harapan itu sempat ada saat pihak SLB menjanjikan ada bus antar jemput, tetapi tidak pernah terealisasi.

"Tidak pernah ada bus antar jemput untuk anak dengan keterbatasan fisik yang sempat dijanjikan itu," sebut Sahami.

Sementara, MA (12) sudah kelas satu SMP. Ia tidak memiliki disabilitas fisik tapi masuk kategori lamban belajar. Tubuh MA kurus, tidak seperti anak lain seusianya.

Sahami dan Saparuddin berharap MA bisa meneruskan pendidikan ke jenjang lebih tinggi agar bisa membantu perekonomian keluarga di masa depan.

Nasib yang sama juga dirasakan CI (10), anak dengan disabilitas wicara ini sempat merasakan bangku pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) di Desa Labuhan Alas, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa Selama tiga tahun.

Namun, CI akhirnya putus sekolah. Hal itu karena orangtuanya mengalami kesulitan ekonomi dan memilih menyerah.

Jarak sekolah yang jauh, sulitnya akses kendaraan umum, serta keterbatasan biaya, membuat orangtuanya tidak melanjutkan sekolah CI.

"Mesti antar-jemput sekolah. Kami tidak ada uang lagi," ujar Hat, orangtua CI yang bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Di Kabupaten Sumbawa, jumlah sekolah luar biasa hanya ada dua yaitu SLBN 1 Sumbawa di Kecamatan Sumbawa dan SLBN 2 Sumbawa di Kecamatan Alas, sedangkan jumlah kecamatan ada 24 tentu tidak bisa menjangkau semua anak dengan kebutuhan khusus yang berada di desa.

Hak dasar

Sekretaris Dinas Sosial, Kabupaten Sumbawa, Marga Zulkifli Rayes mengatakan negara menjamin akses pendidikan bagi anak melalui bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP) bagi keluarga miskin termasuk penyandang disabilitas. Selanjutnya, negara menjamin akses kesehatan masyarakat melalui BPJS.

Menurutnya, desa harus lebih aktif melakukan pendataan jumlah anak yang mengalami kebutuhan khusus, yaitu disabilitas fisik maupun non fisik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPU Karawang Polisikan Pembuat SK Palsu Caleg Terpilih

KPU Karawang Polisikan Pembuat SK Palsu Caleg Terpilih

Regional
Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Regional
Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Regional
Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Regional
Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Regional
Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Regional
Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Regional
Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Regional
Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com