“Negara dalam hal ini harus serius memastikan teman-teman daerah bisa mendiri lewat attention economy ini, bahkan memperoleh kesejahteraan melalui ini,” sebut Devie.
Tak bisa dipungkiri, semakin banyak warga perkotaan justru menyukai konten yang disajikan oleh para pembuat konten seperti Lika dan Nia karena dianggap menyegarkan dan menawarkan gaya hidup yang lebih sederhana.
“Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau. Sesuatu yang kita tidak miliki secara psikologis, manusia akan berpikir bahwa itu adalah sebuah sumber kebahagiaan yang baru.
Baca juga: Soal Dugaan Jual Beli Konten Dewasa di Kampus, Ini Pernyataan Tegas Satgas PPKS UNS
“Pada akhirnya akan terjadi kejenuhan, enggak semua yang bagus selalu kemudian menarik perhatian,” tutup Devie.
Lika mengatakan bahwa dirinya tidak pernah merasa ‘gengsi’ ataupun membandingkan dirinya dengan para pembuat konten di kota-kota besar seperti Jakarta.
Sebab, ia kurang suka dengan konten yang terkesan ‘settingan’, ia lebih suka menyajikan konten yang menunjukkan dirinya ‘seadanya’.
“Bangga banget jadi orang Dayak aku. Karena kehidupan orang di sini sehat, dari gaya hidupnya sampai gaya hidup dan aktivitasnya. Semuanya enggak serba cepat,“ ujar Lika.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.