Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Pembuat Konten Kehidupan Sederhana di Kampung yang Viral di Media Sosial

Kompas.com - 24/10/2023, 15:16 WIB
Rachmawati

Editor

“Jadi upload sebentar, semuanya selesai balik lagi ke rumah. Karena di kampungku itu belum ada tiang pemancar sinyal sama sekali. Tak ada satupun,” kata Lika.

Meski begitu, ia rela berusaha lebih untuk tetap mempertahankan hobinya yang telah berubah menjadi sumber pendapatan. Setiap video yang ia bagikan di media sosial merupakan hasil editan, rekaman dan unggahan sendiri.

”Aku kadang sambil bantu-bantu, sambil merekam. Karena ini aktivitas orang lain, kadang aktivitas orang tua atau orang-orang di kebun, kita enggak bisa, 'eh nanti-nanti' jadi tantangannya di situ, harus serba cepat,” ujarnya.

Baca juga: Buat Konten Video di Rel Kereta Api, Remaja di Indramayu Tewas Tertabrak KA Barang

Nia juga merasakan hal yang sama. Ia merekam semua aktivitasnya di sawah atau di sekitar rumahnya menggunakan iPhone 11 miliknya. Sesampai di rumah ia mengedit semua video sendiri dan mengunggahnya saat jaringan seluler sedang bagus.

”Karena kita pakai alatnya seadanya, enggak seperti orang yang lengkap semuanya. Jadi kadang-kadang kalau bikin content ke lahan atau sawah yang seharian, tiba-tiba kita mau ambil video lagi pas pulang, handphone udah lowbat,” kata Nia.

Nia mengatakan menjadi konten kreator telah mengubah hidupnya. Ia bisa mendapatkan pendapatan tambahan untuk membantu menyekolahkan adik-adiknya, memenuhi kebutuhan anaknya sekaligus meneruskan pekerjaannya di sawah.

Namun, ia juga beberapa kali menerima komentar negatif dari warganet yang menganggap kontennya ‘kampungan‘ atau bahwa dirinya ‘minta dikasihani‘.

Padahal, kata Nia, ia tidak memiliki niat itu sama sekali, melainkan ia lebih bahagia saat hidup di kampung bersama keluarganya.

“Saya mau menunjukkan kehidupan sederhana juga enggak banyak beban dan kita juga bisa bahagia walaupun kehidupan kita sederhana,“ tuturnya.

Baca juga: Perjalanan Kasus Lina Mukherjee, Buat Konten Makan Babi hingga Divonis 2 Tahun Penjara

"Cari yang otentik dan sederhana"

Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, mengatakan di era media sosial, manusia mengonsumsi sekian banyak informasi dalam hitungan detik. Sehingga, mendapatkan perhatian warganet menjadi semakin langka dan sulit dilakukan.

“Untuk mendapatkan perhatian, kata kuncinya adalah authenticity atau originalitas. Karena ketika original berarti sesuatu yang berbeda. Ketika itu berbeda, maka orang akan menoleh,” kata Devie kepada BBC News Indonesia.

Indonesia, sambungnya, merupakan negara yang memiliki beragam budaya dan keanekaragaman gaya hidup. Dengan munculnya para pembuat konten dari daerah, berarti mereka mulai menyadari keunggulan budaya yang mereka miliki.

“Mengingat budaya kita ini luar biasa, banyaknya permata budaya tadi. Inilah yang kemudian sekarang mulai disasar oleh banyak orang,” ujarnya.

Baca juga: Video Pria Dewasa Menangis Kehilangan Ayam di Kantor Polisi Viral, Kapolres: Cuma Konten

Namun, Devie mengatakan negara perlu memfasilitasi para pembuat konten di daerah karena mereka tidak memiliki akses ke sarana dan prasarana yang dimiliki pembuat konten di kota-kota besar. Khususnya koneksi internet yang lancar.

Sebab, keberadaan media sosial dapat menjadi kesempatan bagi orang-orang yang tinggal di daerah untuk mempromosikan pengalaman unik mereka dan budaya lokal yang kaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Regional
Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Regional
Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Regional
Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Regional
Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Regional
Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Regional
Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Regional
Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com