Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Tahun Pembangunan Bendungan Jragung, Warga Kedungglatik: Kami Hanya Menerima Polusi Debu

Kompas.com - 05/10/2023, 15:03 WIB
Dian Ade Permana,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Ratusan warga Dusun Kedungglatik, Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng), mengadukan ketidakjelasan nasibnya ke DPRD Kabupaten Semarang.

Mereka yang selama ini terdampak pembangunan Bendungan Jragung, berharap segera ada kepastian terkait ganti rugi dan relokasi permukiman.

Koordinator warga, Andre Arifin mengatakan selama hampir tiga tahun pembangunan Bendungan Jragung, warga hanya terkena polusi.

"Pembangunan dilakukan setiap hari, karena ditargetkan Mei 2023, bendungan sudah dialiri. Tapi selama ini kami hanya menerima polusi debu, udara yang tidak sehat, serta suara dari pembangunan tersebut," jelasnya, Kamis (5/10/2023) di Gedung DPRD Kabupaten Semarang.

Baca juga: Tolak Tambang Proyek Bendungan Jragung, Warga Desa Penawangan Ramai-Ramai Datangi Kantor DLHK dan ESDM Jateng

Andre mengatakan, ada sejumlah janji terkait pembangunan bendungan tersebut yang hingga kini tak direalisasikan.

Di antaranya, ganti rugi 41 bidang tanah, 61 tegakan (pohon dan bangunan) yang belum dibayarkan, penggantian lokasi makam, dan borrow area untuk permukiman baru.

"Total ada 171 keluarga yang terkena dampak pembangunan bendungan," paparnya.

Menurutnya, warga tidak ada yang menolak pembangunan Bendungan Jragung. Namun pemerintah harus membayar ganti rugi yang dijanjikan.

"Kami malah mendukung adanya pembangunan tersebut. Kami hanya menuntut hak kami diberikan, yakni pemberian ganti rugi. Warga sudah berjuang ke sana ke  mari, ke BBWS juga sudah, sekarang harapan kami hanya ke DPRD ini," kata Andre.

Sementara Ketua DPRD Kabupaten Semarang, Bondan Marutohening mengatakan seluruh kewenangan terkait Bendungan Jragung berada di pemerintah pusat.

"Kementerian PUPR yang punya kewenangan, sementara ganti rugi di Kementerian Keuangan. Dari pemerintahan daerah tidak pernah dilibatkan, mulai dari sosialisasi hingga FGD, tapi saat ada masalah, kami yang 'ketiban sampur' karena berhadapan langsung dengan warga," ujarnya.

Bondan mendesak persoalan yang dialami warga harus diselesaikan secepatnya.

Baca juga: Tolak Penambangan Material Bendungan Jragung, Warga Adang Petugas dengan Poster

"Warga sudah lama menderita, pembangunan bendungan berjalan dan mereka hanya mendapat polusi. Karena belum keluar dari zona pembangunan sehingga aktivitas ekonomi warga menjadi lumpuh," ungkapnya.

Sementara untuk ganti rugi, lanjutnya, maksimal harus diselesaikan hingga akhir tahun 2023 ini. Selanjutnya yang harus dipikirkan adalah penggantian fasilitas umum, seperti makam dan tempat ibadah.

"Jangan janji terus, untuk borrow area dari DPRD minta dalam waktu satu bulan ini harus direalisasikan, agar warga bisa segera menempati. Apalagi itu istilahnya hanya dipinjami, tidak dimiliki warga," kata Bondan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Warga Blora Temukan Bayi di Luar Rumah dengan Surat 'Jaga Anak Ini dengan Baik'

Warga Blora Temukan Bayi di Luar Rumah dengan Surat "Jaga Anak Ini dengan Baik"

Regional
Belasan Rumah Warga di Bangka Belitung Jebol Diterjang Puting Beliung

Belasan Rumah Warga di Bangka Belitung Jebol Diterjang Puting Beliung

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik, Gubernur Sumbar Nyaris Jadi Korban

Longsor di Sitinjau Lauik, Gubernur Sumbar Nyaris Jadi Korban

Regional
Kambing yang Dicuri Pemberian Dedi Mulyadi, Muhyani: Saya Minta Maaf

Kambing yang Dicuri Pemberian Dedi Mulyadi, Muhyani: Saya Minta Maaf

Regional
Mensos Risma Robohkan Rumah yang Dihuni Bocah yang Lumpuh

Mensos Risma Robohkan Rumah yang Dihuni Bocah yang Lumpuh

Regional
Gunung Ile Lewotolok NTT Alami 120 Kali Gempa Embusan dalam 6 Jam

Gunung Ile Lewotolok NTT Alami 120 Kali Gempa Embusan dalam 6 Jam

Regional
Hanya Berselang 2 Jam, Sungai Bogowonto Kembali Makan Korban Jiwa

Hanya Berselang 2 Jam, Sungai Bogowonto Kembali Makan Korban Jiwa

Regional
352 Jemaah Haji Kloter Pertama di Jateng Berangkat dengan Fasilitas “Fast Track”, Apa Itu?

352 Jemaah Haji Kloter Pertama di Jateng Berangkat dengan Fasilitas “Fast Track”, Apa Itu?

Regional
360 Calon Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Solo Diterbangkan ke Tanah Suci

360 Calon Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Solo Diterbangkan ke Tanah Suci

Regional
Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Regional
Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Regional
Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Regional
Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Regional
Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Regional
Mobil Brimob Dicuri di Bandara Sentani, Pelaku Ditangkap Usai Ban Mobil Ditembak

Mobil Brimob Dicuri di Bandara Sentani, Pelaku Ditangkap Usai Ban Mobil Ditembak

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com