Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/10/2023, 06:13 WIB
Nugraha Perdana,
Krisiandi

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Pemkot akan menghentikan aktivitas penyeberangan menggunakan gethek atau rakit yang menghubungkan antara wilayah Kelurahan Mergosono dan Bumiayu, Kota Malang, Jawa Timur.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, Prayitno pada Selasa (3/10/2023).

Menurut Prayitno yang sudah melihat secara langsung, penyeberangan gethek tergolong berbahaya dan berpotensi terjadinya risiko kecelakaan air.

Selain itu, mayoritas pengguna rakit penyeberangan merupakan para pelajar.

Baca juga: Saat Anak-anak SD di Malang Terpaksa Naik Rakit ke Sekolah karena Jembatan Diperbaiki

"Setelah saya cek ke lapangan ternyata berbahaya, sehingga saya menemui lurah dan camatnya, untuk warga disarankan agar tidak menggunakan rakit itu, karena risiko kecelakaan air," kata Prayitno.

Pihaknya juga sudah berupaya mengedukasi masyarakat untuk mau menggunakan jalur alternatif lainnya atau tidak menggunakan rakit penyeberangan. Apalagi, rakit itu mayoritas dimanfaatkan oleh para pelajar sekolah.

"Sehingga kita harus edukasi masyarakat agar menggunakan jalan darat, untuk mengurangi risiko kecelakaan air, karena penggunanya mulai anak-anak hingga orang dewasa," katanya.

BPBD sempat meminjamkan lampung kepada para pengguna gethek. Namun, menurut Prayitno, hal itu sebagai langkah mitigasi untuk mengantisipasi adanya kecelakaan air, bukan melegalkan penyeberangan.

Apalagi, rata-rata warga yang menggunakan rakit penyeberangan tidak bisa berenang.

Baca juga: Hindari Lemari yang Hampir Jatuh, Pengemudi Motor di Malang Tewas Tabrak Truk

"Jadi BPBD tidak dalam kapasitas melegalkan itu, BPBD lebih bergerak ke mitigasi, karena saya lihat kemarin warganya itu saya tanya ternyata mereka tidak bisa renang. Kami dalam posisi mitigasi, oleh karena itu saya sarankan agar lebih baik sedikit terlambat (memutar) daripada terjadi kecelakaan di sungai," katanya.

BPBD Kota Malang akan menghentikan aktivitas yang ada. Termasuk menarik beberapa rompi pelampung yang dipinjami. Namun, proses penghentian aktivitas tersebut perlu memberi pemahaman warga sekitar dan aparat pemerintah setempat.

"Karena jangan sampai kami pemerintah dianggap menghalangi jalan warga itu, jadi mengedukasi ini perlu pilihan diksi kata-lata agar tidak menyinggung warga," katanya.

Prayitno juga menyampaikan, Lurah setempat sudah berkomunikasi dengan pihak sekolah untuk bisa memberikan toleransi waktu masuk bagi siswa.

Baca juga: Istri di Malang Ancam Bunuh Anak, Suami Minta Tolong Polisi lewat Instagram

"Untuk anak sekolah, ini pak Lurah sudah berkomunikasi dengan Kepala Sekolahnya, agar bisa memberi toleransi kepada para siswa, karena ada problem akses" katanya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang Suwarjana mengatakan, pihaknya tidak bisa memberikan kelonggaran jam masuk sekolah bagi anak-anak karena dampak dari perbaikan jembatan.

Menurutnya, para pelajar seharusnya berangkat lebih pagi melalui jalur alternatif lainnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Turis Asal Amerika Serikat Meninggal Saat Menyelam di Perairan Raja Ampat

Turis Asal Amerika Serikat Meninggal Saat Menyelam di Perairan Raja Ampat

Regional
Diburu 3 Bulan, 2 Preman Berpisau Pemalak Sopir Truk di Mesuji Dibekuk

Diburu 3 Bulan, 2 Preman Berpisau Pemalak Sopir Truk di Mesuji Dibekuk

Regional
Fakta Baru Kasus 'Debt Collector' Tembak Nasabah, Pelaku Bawa 'Airsoft Gun' dan Senjata Tajam

Fakta Baru Kasus "Debt Collector" Tembak Nasabah, Pelaku Bawa "Airsoft Gun" dan Senjata Tajam

Regional
Polisi Belum Dapat Titik Terang soal Penemuan 2 Jasad Bayi di Lampung

Polisi Belum Dapat Titik Terang soal Penemuan 2 Jasad Bayi di Lampung

Regional
Pengasuh Pesantren yang Jadi Caleg di Kota Bontang Dilaporkan ke Polisi Atas Kasus Pelecehan Seksual

Pengasuh Pesantren yang Jadi Caleg di Kota Bontang Dilaporkan ke Polisi Atas Kasus Pelecehan Seksual

Regional
Kisah Ibu di Bangka Barat yang Buta Usai Dianiaya Suami Siri, Korban Punya Bayi Berusia 8 Bulan

Kisah Ibu di Bangka Barat yang Buta Usai Dianiaya Suami Siri, Korban Punya Bayi Berusia 8 Bulan

Regional
Supri Aniaya Istrinya secara Brutal hingga Kedua Mata Korban Buta, Sang Anak Teriak Minta Tolong

Supri Aniaya Istrinya secara Brutal hingga Kedua Mata Korban Buta, Sang Anak Teriak Minta Tolong

Regional
Anggaran Honor Narasumber DPRD Blora Diusut Kejaksaan, Sejumlah Dewan Kembalikan Uang

Anggaran Honor Narasumber DPRD Blora Diusut Kejaksaan, Sejumlah Dewan Kembalikan Uang

Regional
Puluhan Pelajar Konvoi Sambil Bawa Senjata Tajam, Keroyok 2 Pelajar dari Sekolah Lain

Puluhan Pelajar Konvoi Sambil Bawa Senjata Tajam, Keroyok 2 Pelajar dari Sekolah Lain

Regional
Rudy Nilai Gibran Bohongi Warga Solo soal 17 Skala Prioritas, Politisi Gerindra: Pembohongan yang Bagaimana, Itu Enggak Benar

Rudy Nilai Gibran Bohongi Warga Solo soal 17 Skala Prioritas, Politisi Gerindra: Pembohongan yang Bagaimana, Itu Enggak Benar

Regional
Kronologi dan Penyebab Kapal 20 Turis Asing Terbakar di Raja Ampat

Kronologi dan Penyebab Kapal 20 Turis Asing Terbakar di Raja Ampat

Regional
Tangan Balita di Cimahi Tersangkut di Kloset Jongkok, Keluarga Minta Bantuan Damkar, Lantai Pun Dibongkar

Tangan Balita di Cimahi Tersangkut di Kloset Jongkok, Keluarga Minta Bantuan Damkar, Lantai Pun Dibongkar

Regional
Oknum KPLP Lapas Nunukan yang Aniaya Napi hingga Tewas Divonis 3 Tahun, Lebih Rendah dari Tuntutan Jaksa

Oknum KPLP Lapas Nunukan yang Aniaya Napi hingga Tewas Divonis 3 Tahun, Lebih Rendah dari Tuntutan Jaksa

Regional
Mari Bantu Leni, Anak Yatim Piatu yang Jalan Kaki 14 Km ke Sekolah dan Jualan Kelapa untuk Menyambung Hidup

Mari Bantu Leni, Anak Yatim Piatu yang Jalan Kaki 14 Km ke Sekolah dan Jualan Kelapa untuk Menyambung Hidup

Regional
SBY Bantah Restui Petinggi Demokrat Beralih Dukung Ganjar-Mahfud

SBY Bantah Restui Petinggi Demokrat Beralih Dukung Ganjar-Mahfud

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com