Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Kanal Mulai Mengering, Karhutla di Sumsel Sulit Padam

Kompas.com - 01/10/2023, 14:55 WIB
Aji YK Putra,
Khairina

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com- Kekeringan seluruh kanal yang ada di kawasan wilayah gambut membuat proses pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan mengalami kendala.

Bahkan, tim pemadaman darat maupun helikopter water bombing harus menempuh jarak beberapa kilometer dari lokasi pemadaman.

Sehingga, membuat api yang membakar lahan kering menjadi cepat membesar.

Baca juga: Kabut Asap Akibat Karhutla Makin Pekat di Riau, Warga Mulai Khawatir

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan M Iqbal Ali Syahbana mengatakan, kebakaran lahan gambut yang berada di kawasan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) harus memakan waktu yang cukup lama karena persediaan air yang telah banyak berkurang karena musim kemarau.

Bahkan, Kabupaten OKI tercatat sudah 71 hari tidak mengalami hujan sehingga persediaan air yang ada di kanal kini sudah mulai mengering.

“Jarak untuk mengambil air dengan lahan yang terbakar ini cukup jauh sehingga memakan waktu. Sementara lokasi yang terbakar adalah gambut ditambah lagi angin kencang sehingga api semakin cepat menyambar dan sulit dipadamkan,”kata Iqbal, melalui sambungan telepon, Sabtu (30/9/2023).

Baca juga: Lagi, Karhutla di Kaltim, 3 Hektare Lahan Dekat Rest Area Tol Balsam Hangus Terbakar

Iqbal menjelaskan, saat ini terdapat lima unit helikopter water bombing yang digunakan untuk melakukan pemadaman.

Tim pemadaman dari udara ini akan dikerahkan bila lokasi kebakaran hutan sulit dijangkau oleh tim darat.

Hanya saja, karena kondisi kekeringan seluruh kanal membuat helikopter water bombing untuk mengambil air menjadi jauh.

“Kalau jarak air dan lokasi kebakarannya dekat bisa sampai puluhan kali di bom air. Namun, karena jauh mungkin sekarang hanya belasan, sehingga untuk padam itu akan sulit,”ujarnya.

Iqbal mengaku bahwa saat ini BPBD Sumatera Selatan bersama Danrem sedang mengkaji untuk meningkatkan status siaga menjadi darurat. Kondisi tersebut akan melihat perkembangan jumlah titik api.

“Sekarang masih disusun, kalau semakin hari semakin ISPU dan hotspot  meningkat kami akan segera lapor ke pimpinan untuk peningkatan status,”ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan laporan dari situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Palembang saat ini telah berada di level berbahaya dengan nilai konsentrasi partikulat atau PM 2.5 mencapai 313 Ugram/m3.

Sedangkan pantauan dari satelit NASA-TERRA/AQUA jumlah hotspot di Sumatera Selatan mencapai 56 titik dan fire spot 27 titik yang tersebar di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Lahat, Muara Enim dan Ogan Komering Ilir (OKI).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com