LEBAK, KOMPAS.com- Suara petikan senar terdengar di tengah pemukiman suku Baduy di Kampung Kadugede, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Bunyinya tunggal, nyaring tanpa gangguan suara di sekitar.
Suara tersebut bersumber dari Kacapi Buhun yang dimainkan oleh seorang warga Suku Baduy yang bernama Amin (62) atau lebih dikenal sebagai Ki Pantun.
Di rumahnya ini, Ki Pantun kerap memainkan alat musik tradisional seperti Kacapi Buhun beberapa kali dalam sehari. Hal yang sangat jarang dilakukan oleh warga Baduy lain.
“Habis mandi, pulang dari kebun, mau tidur selalu menyempatkan main Kacapi Buhun atau alat musik lain, sebagai obat capek,” kata Ki Pantun saat ditemui di kediamannya di Kampung Kadu Gede beberapa waktu lalu.
Baca juga: Punya Stok Padi untuk 100 Tahun, Warga Baduy Tak Khawatir Kemarau Panjang
Menurut Ki Pantun, Kacapi Buhun adalah alat musik tradisional asli dan hanya ditemukan di Baduy.
Alat musik ini digunakan sebagai sarana ritual adat ketika hendak menanam padi, membangun rumah atau acara tertentu seperti pernikahan.
Kacapi Buhun biasanya digunakan sebagai pengiring cerita pantun, sebuah seni tradisi bercerita yang juga merupakan keahlian dari Ki Pantun. Karena keahliannya itu, Amin mendapat gelar Ki Pantun.
“Belajar pantun sejak umur 19 tahun, terus belajar mendalami selama 7 tahun,” kata Ki Pantun.
Baca juga: Rumah Restorative Justice Pertama di Wilayah Hukum Adat Diresmikan di Baduy
Namun jauh sebelum itu, Ki Pantun sudah memiliki ketertarikan terhadap kesenian tradisional Baduy sejak masih berusia 8 tahun. Alat musik yang pertama kali dia pelajari adalah Angklung Buhun.
Setelah menguasai Angklung Buhun, Ki Pantun merabah ke alat musik lain yakni Kacapi Buhun, Suling, Rendo bahkan Gamelan.
Ki Pantun mengaku, sangat mencintai seni tradisional turun temurun dari leluhur Suku Baduy tersebut.
Karena kecintaannya itu, dia bertekad untuk terus mempertahankan kesenian Baduy yang bisa dibilang mulai ditinggalkan oleh anak-anak muda Baduy.
Di rumahnya sendiri, Ki Pantun mengajak anak-anak di kampung Kadu Gede, untuk mengenal dan belajar alat musik. Inisiasi itu dia lakukan sendiri tanpa bayaran.
“Dibiarkan saja main, belajar, sedikit-sedikit mengenal alat musik tradisional asli dari Baduy,” kata dia.
Baca juga: Suku Baduy Terancam Kehilangan Satu Generasi karena Ponsel Pintar
Insiasi untuk mengajar anak-anak muncul karena ada kekhawatiran seni tradisional asli Baduy bakal menghilang.
“Untuk Kacapi Buhun dan Pantun bisa dibilang saya satu-satunya di Baduy Luar, lainnya ada di Baduy Dalam,” kata dia.
Untuk melestarikan seni tradisonal, Ki Pantun juga membentuk kelompok seni tradisional Baduy, dia ditunjuk sebagai ketuanya.
Anggotanya adalah anak-anak muda yang sebagian di antaranya adalah didikan dari Ki Pantun.
“Baru-baru ini juga dapat penghargaan dari Presiden Jokowi karena sudah melestarikan seni budaya Baduy,” kata Ki Pantun.
Baca juga: Penggunaan HP Dilarang di Baduy, Pengunjung Diminta Patuhi Aturan Adat
Selain mahir memainkan alat musik tradisional, Ki Pantun juga membuat sendiri alat musik seperti Kacapi Buhun dan Angklung Buhun. Alat musik itu dia buat berdasarkan pesanan orang lain atau sengaja dibuat untuk koleksi pribadi.
Para pemesan alat musiknya bukan hanya berasal dari warga Baduy saja tapi juga kenalan Ki Pantun dari luar daerah.
Ki Pantun tidak menyebut berapa nominal yang diterima dari satu alat musik, tapi kata dia, cukup menghidupi keluarganya di samping penghasilannya dari bertani.
Selain itu, melalui kelompok seni yang dipimpinnya, Ki Pantun kerap diundang untuk tampil di hajatan dengan menampilkan kesenian Koromong.
Koromong adalah seni tradisional yang biasanya ditampilkan saat hajatan. Pertunjukannya terdiri dari gabungan sejumlah orang yang memainkan gamelan hingga penari.
“Paling sering di Baduy, hajatan warga, kadang dipanggil keluar juga, nanti bulan depan juga diundang ke Tangerang,” kata dia.
Ki Pantun mengaku upaya untuk melestarikan seni di Baduy dilakukan sendiri dengan sepenuh hati. Menurut dia dukungan selama ini datang dengan sendirinya tanpa diminta.
Bentuk dukungan yang dimaksud adalah dengan mengundang dirinya untuk tampil memainkan Angklung Buhun, membawa cerita pantun dan bermain Kacapi Buhun atau tampil dengan kelompok Koromong.
Baca juga: Pj Gubernur Banten Bakal Bantu Warga Baduy Hapus Sinyal Internet dari Wilayahnya
Penghargaan yang dianugerahkan ke Ki Pantun baru-baru ini, dia anggap sebagai apresiasi dari pemerintah terhadap upaya dirinya dalam melestarikan seni di Baduy.
Ki Pantun mengatakan tidak pernah meminta bantuan apapun ke orang lain maupun ke pemerintah untuk mendukung kiprahnya di bidang seni.
“Enggak pernah berharap, sebisa-bisanya saja,” kata dia.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Multatuli, Ubaidillah Muchtar mengatakan, pemerintah Kabupaten Lebak konsisten memperhatikan dan mengapresiasi pelaku seni dan budaya termasuk Ki Pantun.
Misalnya pada 2022 lalu mengatakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melalui Museum Multatuli pernah mengajukan Ki Pantun untuk mendapatkan Anugera Kebudayaan Indonesia Tahun 2022 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
“Ki Pantun Lolos dan mendapatkan Penghargaan kategori Pelestari Carita Pantun Baduy,” kata Ubaidillah.
Penghargaan tersebut diterima oleh Ki Pantun pada 2022.
Baca juga: Marak Konten Bertentangan dengan Adat, Alasan Warga Baduy Minta Akses Internet Dihapus
Ki Pantun juga beberapa kali tampil di Museum Multatuli, seperti pada Festival Batara Endah Sora Pada 2022 lalu dimana Ki Pantun memainkan Kacapi Buhun bersama dengan empat pemain alat musik petik lain di seluruh Indonesia.
Menurut Ubaidillah, bentuk perhatian lain dari Pemkab Lebak adalah konsisten memberikan apresiasi kepada 10 budayawan dan seniman yang diberikan setiap Hari Pendidikan Nasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.