KUPANG, KOMPAS.com - Sebanyak empat orang remaja asal Peboko, Kelurahan Kefamenanu Utara, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), babak belur dianiaya sejumlah pemuda.
Keempat remaja bernama YH, WK, RK dan AH, dianiaya sejumlah warga Fatuteke, Kelurahan Kefamenanu Selatan, Kecamatan Kota Kefamenanu, saat mengikuti karnaval budaya dalam rangka memperingati hari ulang tahun Kota Kefamenanu ke-101, Kamis (21/9/2023) malam.
Akibat dianiaya, WK mengalami luka dan patah tulang tangan kiri. Sedangkan YH menderita luka di sekujur tubuh hingga wajah,
Sementara RK menderita cedera serius di bagian leher dan kepala, dan AH mengalami memar di sekujur tubuh dan cedera di bagian perut.
Baca juga: Rampok, Aniaya dan Cabuli Siswi SMA, Pria Asal Sergai Ditangkap Polisi, Ini Kronologinya
Kasus itu langsung dilaporkan ke Kepolisian Resor TTU, dengan nomor laporan : LP/B/314/IX/2023/SPKT/Polres TTU/Polda NTT.
"Kejadiannya tadi malam dan kita sudah laporkan ke Polres tadi subuh pukul 04.00 Wita," kata orangtua salah seorang korban, GS, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/9/2023) malam.
GS menjelaskan, kejadian itu bermula ketika acara pawai karnaval budaya. Para korban pun ikut dalam karnaval itu dengan menyewa satu unit mobil yang membawa soundsistem.
Para korban bersama warga lainnya, masuk dalam peserta karnaval dari Kelurahan Kefamenanu Utara dengan nomor peserta 101.
Baca juga: Kasus Brimob Diduga Aniaya Warga Sikka, Polisi Bakal Pertemukan Kedua Pihak
Mereka berjalan kaki dari lapangan depan rumah dinas Bupati TTU Menuju lapangan depan kantor Bupati TTU yang menjadi arena pameran pembangunan, sejauh 2 kilometer.
Namun, saat tiba di dekat area pameran, mereka diminta uang karcis masuk oleh para pemuda Fatuteke yang berjaga. Untuk sepeda motor Rp 5.000 dan mobil Rp 10.000.
"Karena kami adalah peserta, maka seharusnya tidak bayar, tetapi mereka paksa bayar dengan alasan untuk Pemda," ungkap GS.
Apalagi, lanjut GS, para peserta karnaval lainnya tidak membayar karcis masuk, sehingga bagi GS ada diskriminasi.
"Para peserta karnaval lain tidak bayar. Hanya dari Peboko yang mereka minta bayar. Sehingga sempat terjadi keributan," ungkap GS.
Karena ada keributan antara pemuda Peboko dan pemuda Fatuteke, mobil pengangkut soundsistem tidak diperbolehkan masuk dan hanya berada di simpang Rumah Makan Padang.
Baca juga: Anggota Polisi Diduga Aniaya 2 Remaja, Polres Grobogan Pastikan Bersikap Profesional
Setelah mengikuti kegiatan pameran, para peserta karnaval dari Kefamenanu Utara pulang, tetapi diadang warga Fatuteke. Mereka kemudian melempar mobil dan para peserta dengan batu.