Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Karimunjawa Khawatir Keberadaan Tambak Udang Picu Krisis Air Bersih

Kompas.com - 22/09/2023, 16:39 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JEPARA, KOMPAS.com - Warga Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menyebut keberadaan tambak udang telah memicu krisis air bersih.

Selain itu, tambak juga disebut menyebabkan hutan mangrove atau bakau mati, batuan karang rusak, munculnya lumut, dan air keruh laut tercemar.

Warga pelaku wisata sekaligus aktivis LSM Alam Karimun (AKAR), Datang Abdul Rachim mengakui, secara lingkungan, aktivitas tambak dapat mengancam kehidupan.

“Karena ini daerah resapan, ada sumber mata air, pertanian, sumur dan tempat pengikat air tawar. Kalau ini dijadikan tambak, pasti jadi ancaman dan terjadi intrusi air laut atau limbah tambak atau sebaliknya. Nah, kekhawatiran kami sudah terjadi air sumur asin, tanaman mati,” tutur Datang, pada Jumat (22/9/2023).

Baca juga: Ekonomi Terancam, Pelaku Wisata dan Nelayan Khawatirkan Limbah Pencemaran Aktivitas Tambak Udang di Karimunjawa

Faktanya, pantauan Kompas.com di sebuah sumur yang terletak tak jauh dari pesisir pantai di Karimunjawa sudah sedikit terkontaminasi rasa asin.

Koordinator Lingkar Juang Karimunjawa (LINGKAR), Bambang Zakariya, senada soal sejumlah sumur air tawar di Karimunjawa terkontaminasi air laut.

Sebagai penduduk asli Karimunjawa, Zakariya menyadari kondisi ini terjadi karena hutan mangrove atau bakau rusak karena keberadaan tambak.

Sebab, hutan bakau tidak hanya digunakan untuk menampung limbah tambak udang, tapi juga dibabat untuk saluran pipa untuk operasional tambak.

Ia menceritakan awal tahun 1980 memang ada tambak tradisional. Namun, karena tidak begitu berhasil, sejak tahun 1990 tambak ditinggalkan.

“Sumur-sumur mulai bagus karena mangrove kan jadi filter biar air laut tidak ke darat. Dan sekarang banyak sumur-sumur yang terkontaminasi dan asin, lalu perkakas rumah karatan karena banyak hutan bakau yang sekarang rusak," ungkap dia.

Zakariya mengatakan, hutan bakau mulai kering dan mati sejak 2018. Sebab, 2017 petambak udang telah menampung limbah di area hutan bakau.

“Mereka kan membuat takungan limbah itu sengaja pakai sak diisi tanah. Luasanya itu panjang 100 meter. Itu dibentengi pakai sak dan di situ bakau mati dari tambak udang itu," ujar Zakariya.

Hal itu diungkapkan saat Zakariya mengantarkan awak media ke salah satu area tambak yang sudah tidak beraktivitas sekitar satu bulan lalu.

Dengan menaiki kayak, rombongan memasuki area tambak melalui jalur laut.

Terlihat sejumlah saluran pipa besar membentang dari area tambak ke lautan.

Air sepanjang jalan menuju tambak terlihat keruh. Saat dipijak pun lumpur berbau tak sedap tersebar di area sekitar tambak.

Sebagaimana penjelasan Zakariya, pemilik tambak sengaja membuat pembatas dengan sak tanah agar limbahnya tak memasuki lautan dan area hutan bakau milik Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada ke PSI, Sekda Kota Semarang Ungkap Alasannya

Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada ke PSI, Sekda Kota Semarang Ungkap Alasannya

Regional
Umat Buddha di Candi Borobudur Lantunkan Doa Perdamaian Dunia, Termasuk untuk Palestina

Umat Buddha di Candi Borobudur Lantunkan Doa Perdamaian Dunia, Termasuk untuk Palestina

Regional
Pasangan Sesama Jenis Menikah di Halmahera Selatan Ditangkap, Polisi: Antisipasi Amukan Warga

Pasangan Sesama Jenis Menikah di Halmahera Selatan Ditangkap, Polisi: Antisipasi Amukan Warga

Regional
Bentrokan Warga di Kupang, 3 Rumah Rusak, 2 Sepeda Motor Rusak dan Sejumlah Orang Luka

Bentrokan Warga di Kupang, 3 Rumah Rusak, 2 Sepeda Motor Rusak dan Sejumlah Orang Luka

Regional
Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Regional
Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Regional
Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Kilas Daerah
Penertiban PKL di Jambi Ricuh, Kedua Pihak Saling Lapor Polisi

Penertiban PKL di Jambi Ricuh, Kedua Pihak Saling Lapor Polisi

Regional
Pria di Kudus Aniaya Istri dan Anak, Diduga Depresi Tak Punya Pekerjaan

Pria di Kudus Aniaya Istri dan Anak, Diduga Depresi Tak Punya Pekerjaan

Regional
Setelah PDI-P, Ade Bhakti Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PSI

Setelah PDI-P, Ade Bhakti Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PSI

Regional
Soal 'Study Tour', Bupati Kebumen: Tetap Dibolehkan, tapi...

Soal "Study Tour", Bupati Kebumen: Tetap Dibolehkan, tapi...

Regional
Ingin Bantuan Alat Bantu Disabilitas Merata, Mas Dhito Ajak Warga Usulkan Penerima Bantuan

Ingin Bantuan Alat Bantu Disabilitas Merata, Mas Dhito Ajak Warga Usulkan Penerima Bantuan

Regional
Anak Wapres Ma'ruf Amin Maju Pilkada Banten 2024

Anak Wapres Ma'ruf Amin Maju Pilkada Banten 2024

Regional
Gagal Jadi Calon Perseorangan di Pangkalpinang, Subari Lapor Bawaslu

Gagal Jadi Calon Perseorangan di Pangkalpinang, Subari Lapor Bawaslu

Regional
Kain Gebeng, Kain Khas Ogan Ilir yang Nyaris Punah

Kain Gebeng, Kain Khas Ogan Ilir yang Nyaris Punah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com