Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja di Semarang Tewas Dikeroyok karena Curi Uang Rp 600.000, Korban Digunduli dan Diseret oleh Pelaku

Kompas.com - 16/09/2023, 11:22 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - MAA (17), remaja di Kota Semarang, Jawa Tengah tewas setelah dianiaya oleh enam rekannya pada Kamis (14/9/2023).

Penganiayan dipicu saat MAA dipergoki mencuri uang Rp 600.000 milik temannya.

Kasus tersebut berawal saat MAA numpang menginap di rumah temannya, Bagus Putra Prataman di Perumahan Emerald Indah, Meteseh, Tembalang, Kota Semarang.

Saat MAA menginap, Bagus kehilangan uang Rp 600.000 di dompetnya dan menuduh MAA mengambil uangnya. Menurut Bagus, ia sudah mengangggap MAA seperti saudaranya sendiri.

Baca juga: Curi Uang Teman Rp 600 Ribu, Remaja di Semarang Dikeroyok hingga Gegar Otak dan Meninggal

Bahkan MAA kerap menginap di rumah Bagus dan akrab dengan keluarganya.

"Saya punya masalah karena almarhum ambil uang dari dompet saya Rp 600.000. Padahal dia juga sering nginap di rumah saya dan dekat dengan keluarga saya," ujarnya.

Ajak 5 temannya aniaya korban

Tak terima dengan perilaku MAA yang mencuri uang Rp 600.000, Bagus mengajak lima temannya untuk menganiya korban.

"Uang saya Rp 600 ribu hilang dari dompet, saya curiga korban yang curi maka saya tanya ke korban uang bisa balik ngak? uang habis untuk apa? jawabannya uang habis untuk jajan habis itu jawabnya terbelit-belit," kata Bagus

Kelima rekan Bagus adalah Agung Rahmanto (26), Mika Faqih (19), Plateau Malik (21), Haidar Saputra (21), Muhammad Haris (20).

Baca juga: Dalam Semalam, 3 Orang Tewas dalam 2 Kecelakaan Maut di Semarang

Di saat kejadian, Bagus mengajak MAA ke warnet dan memaksanya mencukur rambut hingga gundul di daerah Klipang, Tembalang, Kota Semaarang.

"Sehabis saya kehilangan uang , korban sempat hilang seminggu, setelah tahu dia di rumahnya saya jemput lalu bawa ke warnet tempat biasa saya nongkrong," sambung Bagus.

Saat berada di warnet, Bagus mengaku menanyai perihal pencurian yang dilakukan MAA. Namun jawaban MAA yangberbelit membuat Bagus kesal hingga memukuli kepala korban dengan sandal.

"Jawabannya terbelit-belit maka saya pukul di bagian kepala sebelah kiri sama tangan sebanyak delapan kali," katanya

Korban kemudian dianiaya kembali oleh Bagus dan lima rekannya. Dalam kondisi babak belur, MAA dibawa Bagus ke rumahnya di Perumahan Emerald.

Baca juga: Daerah yang Kekurangan Air Bersih di Semarang Meluas, tetapi Dana untuk Bantuan Sudah Habis

Ia bermaksud merawat korban di rumahnya. Mereka tiba di rumah pada pukul 03.00 WIB. Kepada sang ibu yang bernama Indri, Bagus mengatakan MAA dipukuli temannya.

Oleh sang ibu, Bagus dan MAA pun disuruh untuk beristirahat.

"Korban biasa tidur di rumah. Saya sempat kabari adiknya bahwa korban dipukuli orang (bohong). Habis korban meninggal saya syok tapi abis itu jujur ke orangtua korban meninggal karena tak pukuli," ungkapnya.

Kematian MAA diketahui siang hari saat Indri hendak memberi makanan kepada MAA. Namun betapa terkejutnya saat ia tahu, MAA sudah tak bernyawa.

Ia pun segera membuat laporan ke polisi.

Baca juga: Daerah yang Kekurangan Air Bersih di Semarang Meluas, tetapi Dana untuk Bantuan Sudah Habis

Diseret dan diinjak oleh pelaku

Enam tersangka penyeroyokan anak di Semarang ditangkap di Polrestabes Semarang, Jumat (15/9/2023).KOMPAS.COM/Titis Anis Fauziyah Enam tersangka penyeroyokan anak di Semarang ditangkap di Polrestabes Semarang, Jumat (15/9/2023).
Tindakan Kekerasan terhadap korban secara sadis juga dilakukan oleh Muhammad Haris Widitanto (20).

Ia mengaku sempat menyeret korban ke kamar mandi lalu menginjaknya.

"Saya ketika itu mabuk jadi ikutan emosi mukul punggung satu kali pipi kanan kiri satu kali. Habis itulah seret ke kamar mandi kemudian piting lehernya," kata dia.

"Lalu saya tendang injak pundak sebelah kanan dan kepala atas sebanyak tiga kali," imbuhnya.

Sementara itu Plateau Malik Kusuma (21) mengatakan, ia memukul tubuh korban dengan tangan kosong sebanyak 10 kali.

"Saya menyulut sedotan (pakai api) lalu menaruhnya pada bagian tangan dan kaki kiri dan kepala," tuturnya.

Baca juga: Amankan Derby Jateng Persis Solo Vs PSIS Semarang, Ribuan Personel Gabungan Akan Diterjunkan

Kanit Resmob Polrestabes Semarang, AKP Dionisius Yudi menuturkan, hasil otopsi menunjukan adanya gegar otak akibat pendarahan sehingga korban meninggal dunia.

"Akar masalah kurang lebih masalah uang. Korban dicukur rambutnya lalu dibawa ke dalam warnet lalu dipukul beramai-ramai," katanya.

Sesudah dipukuli, korban diajak ke rumah seorang tersangka bernama Bagus. Di rumah tersebut pula korban ditemukan meninggal dunia.

"Keenam tersangka merupakan warga Kecamatan Tembalang. Mereka ditangkap di rumahnya masing-masing," paparnya.

Mereka dijerat pasal perlindungan anak karena korban masih di bawah umur yakni pasal 76 C junto pasal 80 ayat 3 UURI nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan UU nomor 23 tahun 2003 tentang perlindungan anak.

"Ancaman 15 tahun penjara," tandasnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Titis Anis Fauziyah | Khairina), Tribunnews.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Proyek Jalur Pansela Akan Dilanjutkan, Bupati Banyuwangi Paparkan 3 Paket Rencana Pembangunan

Proyek Jalur Pansela Akan Dilanjutkan, Bupati Banyuwangi Paparkan 3 Paket Rencana Pembangunan

Regional
Hampir 2 Tahun Pembunuhan Iwan Boedi Tak Terungkap, Keluarga Korban Takut Kasusnya Hilang

Hampir 2 Tahun Pembunuhan Iwan Boedi Tak Terungkap, Keluarga Korban Takut Kasusnya Hilang

Regional
Pj Bupati Tangerang Terima Sertifikat Indikasi Geografis Rambutan Parakan

Pj Bupati Tangerang Terima Sertifikat Indikasi Geografis Rambutan Parakan

Regional
Soal Lumbung Pangan Nasional, Bupati Lamongan: Tak Hanya Kualitas Tanaman, Regenerasi Petani juga Penting

Soal Lumbung Pangan Nasional, Bupati Lamongan: Tak Hanya Kualitas Tanaman, Regenerasi Petani juga Penting

Regional
Potongan Tulang Manusia Kembali Ditemukan di Parit Pontianak

Potongan Tulang Manusia Kembali Ditemukan di Parit Pontianak

Regional
2 Bakal Calon Independen Wali Kota Lhokseumawe Tak Memenuhi Syarat

2 Bakal Calon Independen Wali Kota Lhokseumawe Tak Memenuhi Syarat

Regional
Perjuangan Buruh Panggul Semarang, Rela Jual Motor dan Menabung Puluhan Tahun demi Naik Haji

Perjuangan Buruh Panggul Semarang, Rela Jual Motor dan Menabung Puluhan Tahun demi Naik Haji

Regional
Gerakan Sekolah Sehat Diluncurkan, Bupati Blora: Semoga Bisa Bermanfaat

Gerakan Sekolah Sehat Diluncurkan, Bupati Blora: Semoga Bisa Bermanfaat

Regional
Gara-gara Tato, Pria di Banyumas Tewas Ditusuk Temannya

Gara-gara Tato, Pria di Banyumas Tewas Ditusuk Temannya

Regional
Kapolres Sikka Klarifikasi soal Video Viral Anggota Polisi Merokok dan Minum Miras dengan 4 Wanita

Kapolres Sikka Klarifikasi soal Video Viral Anggota Polisi Merokok dan Minum Miras dengan 4 Wanita

Regional
Tiap Hari Dicabuli Ayah Kandung, Siswi SD Mataram Melukai Tangannya Sebelum Lapor Polisi

Tiap Hari Dicabuli Ayah Kandung, Siswi SD Mataram Melukai Tangannya Sebelum Lapor Polisi

Regional
Pungli Penerbitan Surat Tanah, Lurah di Singkawang Ditangkap Polisi

Pungli Penerbitan Surat Tanah, Lurah di Singkawang Ditangkap Polisi

Regional
Sudah Daftar Parkir Berlangganan, Ketua Komisi I DPRD Batam Tetap Ditagih Tarif Parkir

Sudah Daftar Parkir Berlangganan, Ketua Komisi I DPRD Batam Tetap Ditagih Tarif Parkir

Regional
Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Meletus, Tinggi Kolom Abu 500 Meter

Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Meletus, Tinggi Kolom Abu 500 Meter

Regional
Langgar Perda Solo, Belasan Baliho Bakal Cagub Jateng Dicopot

Langgar Perda Solo, Belasan Baliho Bakal Cagub Jateng Dicopot

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com