JAMBI, KOMPAS.com – Rudy Kukuh Setiawan telah melakukan persiapan matang sebelum membawa anaknya yang berusia 1 tahun 7 bulan, Isyanna Reviline Styawan (Anna), mendaki Gunung Kerinci di Jambi.
Adapun Gunung Kerinci merupakan gunung ke-22 yang didaki oleh Anna bersama ayah dan ibunya.
Pendakian itu menjadi viral setelah video Rudy membawa anaknya mendaki gunung berapi tertinggi di Indonesia pada Agustus 2023 lalu itu, beredar hingga menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.
Baca juga: Mengapa Rudy Berani Bawa Anak Balitanya Mendaki Gunung Kerinci?
Rudy menjelaskan, sebulan sebelum mendaki, dia telah meminta informasi terkait Gunung Kerinci ke keponakannya yang menjadi relawan SAR di Gunung Kerinci.
Baca juga: Bukan Hanya Kerinci, Balita yang Video Viral Sudah Mendaki 22 Gunung sejak Usia 4 Bulan
Informasi tersebut di antaranya jalur, sumber air, cuaca, serta lokasi aman mendirikan tenda.
Rudy dan istrinya kemudian membuat perencanaan pendakian. D antaranya menyiapkan logistik, peralatan pendakian lengkap, alat navigasi darat dan komunikasi handy talky, obat-obatan, serta oksigen.
Rudy juga dia sudah mendapatkan kontak porter lokal di Gunung Kerinci agar mudah berkomunikasi untuk mengetahui kondisi terbaru Kerinci.
Setelah semua persiapan matang, Rudy berangkat mengendarai mobil bersama istrinya Pertiwi (37), dua rekannya, serta Anna.
Mereka berlima berangkat menempuh jalur darat dari Surabaya, Jawa Timur, sebelum fajar pada Minggu (13/8/2023), kemudian tiba di Kersik Tuo, Kabupaten Kerinci, Jambi, Selasa (15/8/2023).
Setelah sampai di kaki Gunung Kerinci, kelimanya mendatangi Pos R10 atau pengelola pendakian untuk melakukan registrasi.
“Bagi pendaki itu wajib registrasi kepada petugas sebelum naik gunung. Sehingga kita mendapat pengarahan dan informasi yang lengkap terkait medan gunung,” kata Rudy.
Petugas yang mengetahui Rudy akan membawa balita, langsung memberikan penjelasan bahwa tiket masuk tidak menyertakan asuransi untuk anak di bawah umur.
Agar tetap bisa mendaki sambil membawa Anna, Rudy harus meneken surat pernyataan.
"Isi surat pernyataan yang saya teken itu, jika ada masalah atau hal buruk di atas gunung, bukan menjadi tanggung jawab petugas dan pengelola, tetapi tanggung jawab orangtuanya sendiri, dan bersedia tidak menuntut apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan,” kata Rudy.
Rudy mengatakan, surat demikian memang lazim diberikan oleh petugas di lokasi pendakian.