Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Tahun Pasca-bencana, Para Penyintas Gempa Pasigala Membangun Asa di Hunian Baru

Kompas.com - 05/09/2023, 19:35 WIB
Erna Dwi Lidiawati,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

PALU, KOMPAS.com - Lima tahun lalu tepatnya 28 September 2018 bencana dahsyat terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah.

Gempa bumi bermagnitudo 7,4 menimbulkan tsunami yang meluluhlantakkan wilayah pesisir Kabupaten Donggala dan Kota Palu.

Tak hanya itu, akibat Gempa bumi 7,4 pada skala richter itu beberapa titik di Kota Palu dan Kabupaten Sigi terjadi fenomena likuefaksi.

Likuefaksi atau pembuburan tanah, merupakan sebuah proses di mana tanah kehilangan kekuatannya dengan cepat yang disebabkan karena gempa bumi.

Baca juga: Bangun 1000 Rumah untuk Korban Gempa Palu, Dompet Dhuafa Gandeng Navicula

Ribuan orang meninggal, ribuan orang kehilangan tempat tinggal akibat gempa Pasigala (palu, sigi dan donggala).

Para penyintas bencana yang jumlahnya ribuan itu tinggal di hunian sementara (huntara) yang tersebar di beberapa titik di tiga wilayah terdampak. Termasuk Ania (58) salah satunya.

Sejak setahun lalu, Ania atau biasa disapa Mama Anti meninggalkan huntaranya dan pindah ke hunian tetap (Huntap) Pombewe di Kabupaten Sigi.

"Alhamdulillah, senang sudah saya tinggal di sini, dapat rumah, jadi sehat kita," kata Mama Anti, Selasa (5/9/2023).

Mama Anti merupakan warga yang tinggal di Huntap Pombewe yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, ia berjualan kue dan nasi kuning. Ia menjajakan dagangan dari rumah satu ke rumah lainnya di huntap tersebut.

Selain berjualan, di pekarangan rumahnya dimanfaatkan juga dengan menanam sayuran, lombok dan ubi.

"Biar tidak usah beli lagi, kalau butuh rica (lombok) tinggal petik. Ada ubi juga. Nanti kalau sudah bisa dipanen ini ubi, kemari lagi nah, nanti saya rebuskan ubi baru makan sama-sama kita," ujar Anti, bersemangat.

Tak jauh beda dengan para tetangga lain yang juga penyintas. Halaman rumah mereka juga ditanaman palawija dan juga tanaman lain.

"Buat peneduh biar enggak panas," kata Nani (80), ditemani cucunya Elsa (22).

Mereka bersyukur akhirnya bisa menepati huntap dari pemerintah yang diperuntukkan bagi warga penyintas yang terdampak.

Baca juga: Perempuan Penyintas Gempa Palu Belajar Buat Rumah agar Bisa Awasi Perbaikan Hunian Pasca-gempa

Nani bertutur, sebelum tinggal di Huntap Pombewe, mereka tinggal di rumah panggung beratap rumbia yang dijadikan tempat mengungsi.

"Saat hujan selalu banjir di situ, untung rumahnya panggung," kata Elsa.

Namun, para penyintas kini bisa bernapas lega. Huntap yang dibangun oleh PUPR untuk warga penyintas, membuat asa baru untuk menatap masa depan lebih baik.

 

Percepatan pembangunan huntap

Kementerian PUPR saat ini terus mempercepat upaya pemulihan kerusakan infrastruktur pascabencana gempa bumi yang terjadi 28 September 2018, melalui pembangunan huntap.

Pembangunan huntap tahap ke-1 sebanyak sebanyak 1.679 unit sudah terbangun dan selesai di tahun 2022.

Saat ini, pembangunan huntap tahap ke-2 sedang berjalan.

Sebanyak 4.053 unit sedang dibangun. Ditargetkan Desember 2023 rampung.

Huntap dibangun menggunakan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA). Risha dirancang sebagai bangunan tahan gempa.

Baca juga: Korban Gempa Palu dan Bom Gereja Oikumene Samarinda Diprioritaskan Terima Beasiswa

Communication Junior Specialist-Project Management Consultant CSRRP (Central Sulawesi Rehabilitation and Reconstruction Project) Haerul Fikri mengatakan, saat ini lokasi huntap yang dibangun meliputi huntap kawasan, satelit dan mandiri.

"Huntap kawasan itu jumlah rumah yang dibangun di atas 200 unit, huntap satelit jumlah rumah yang dibangun di bawah 200 unit dan huntap mandiri merupakan huntap yang dibangun PUPR di atas tanahnya sendiri, " kata Haerul Fikri.

"Jadi, warga menyiapkan lahannya dan PUPR bangun di atas lahannya. Makanya dia tersebar ada 2 unit, 1 unit, dan seterusnya," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Selundupkan 6 WN China ke Australia, 7 Orang Jadi Tersangka

Selundupkan 6 WN China ke Australia, 7 Orang Jadi Tersangka

Regional
Viral Ajak YouTuber Korsel ke Hotel, ASN Kemenhub Polisikan Sebuah Akun Facebook

Viral Ajak YouTuber Korsel ke Hotel, ASN Kemenhub Polisikan Sebuah Akun Facebook

Regional
Bertaruh Nyawa Tanpa Asuransi, Relawan Tagana Ini Pernah Dijarah Saat Bertugas

Bertaruh Nyawa Tanpa Asuransi, Relawan Tagana Ini Pernah Dijarah Saat Bertugas

Regional
Tutupi Tato, Maling Motor di Semarang Pakai Daster Neneknya Saat Beraksi

Tutupi Tato, Maling Motor di Semarang Pakai Daster Neneknya Saat Beraksi

Regional
Petualangan 'Geng Koboi' di Lampung Usai Setelah 11 Kali Mencuri Sepeda Motor

Petualangan "Geng Koboi" di Lampung Usai Setelah 11 Kali Mencuri Sepeda Motor

Regional
Rumah Tempat Usaha Pembuatan Kerupuk di Cilacap Terbakar

Rumah Tempat Usaha Pembuatan Kerupuk di Cilacap Terbakar

Regional
6 Orang Mendaftar di PDI-P untuk Pilkada Demak, Ada Inkumben Bupati

6 Orang Mendaftar di PDI-P untuk Pilkada Demak, Ada Inkumben Bupati

Regional
Tak Ada yang Mendaftar, Pilkada Sumbar Dipastikan Tanpa Calon Perseorangan

Tak Ada yang Mendaftar, Pilkada Sumbar Dipastikan Tanpa Calon Perseorangan

Regional
Pria yang Ditemukan Terikat dan Penuh Lumpur di Semarang Diduga Korban Penganiayaan

Pria yang Ditemukan Terikat dan Penuh Lumpur di Semarang Diduga Korban Penganiayaan

Regional
Pj Gubernur Riau Berupaya Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Bandang di Sumbar

Pj Gubernur Riau Berupaya Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Bandang di Sumbar

Regional
Cerita Perawat di NTT, Berjalan Kaki Belasan Kilometer demi Selamatkan Ibu Melahirkan Bayi Kembar di Pelosok Manggarai Timur

Cerita Perawat di NTT, Berjalan Kaki Belasan Kilometer demi Selamatkan Ibu Melahirkan Bayi Kembar di Pelosok Manggarai Timur

Regional
Sempat Jadi Tersangka, Warga Jambi Pembunuh Begal Akhirnya Dibebaskan

Sempat Jadi Tersangka, Warga Jambi Pembunuh Begal Akhirnya Dibebaskan

Regional
KPU Pastikan Pilkada Kendal Tidak Diikuti Calon Independen

KPU Pastikan Pilkada Kendal Tidak Diikuti Calon Independen

Regional
Eks Komisioner KPU Batal Daftar Calon Independen Pilkada Magelang

Eks Komisioner KPU Batal Daftar Calon Independen Pilkada Magelang

Regional
Komplotan Maling Minimarket di Semarang Masih Bocah, Kasus Berujung Damai

Komplotan Maling Minimarket di Semarang Masih Bocah, Kasus Berujung Damai

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com