Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setop Alih Fungsi Sawah, Ribuan Petani Bengkulu Perlu Kepastian Air

Kompas.com - 05/09/2023, 14:11 WIB
Firmansyah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com - Ribuan petani di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu menyatakan siap menghentikan alih fungsi lahan sawah menjadi sawit asal pemerintah menjamin ketersediaan pasokan air.

Nodo, Kades Rawa Mulya, Kecamatan XIV Koto, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu yang juga petani menyatakan, para petani sejak 30 tahun merindukan aliran air yang dapat mengairi sawah. Namun belum optimalnya Bendung Air Manjunto mengakibatkan ribuan hektar lahan potensial sawah beralih fungsi.

"Alih fungsi lahan potensial sawah menjadi sawit, masif terjadi akibat lahan-lahan yang belum tersentuh saluran sekunder dan tersier dari Bendung Air Manjunto. Namun bila ada jaminan air akan teraliri ke lahan yang terlanjur menjadi sawit para petani bersedia mengganti sawit ke sawah," jelas Nodo saat ditemui Kompas.com beberapa waktu lalu.

Baca juga: ASN BKSDA di Teluk Bintuni Jadi Tersangka Penipuan Modus Alih Fungsi Lahan

Ia menambahkan, sekitar 10 hektar lahan tidur dan lahan sawit di desanya perlahan mulai diganti sawah karena saluran tersier irigasi mulai dibuat di sekitar lahan petani, meski baru sedikit.

"Di desa saya ada 10 hektar lahan sawit dikembali fungsikan ke sawah, termasuk punya saya," jelas Nodo.

Saat ini ada 150 hektare sawah produktif di desa yang dipimpin Nodo, masih terdapat 1.500 hektare lahan potensial sawah di desanya yang belum tersentuh saluran irigasi.

"Bila pemerintah menyediakan saluran lahan ribuan hektare itu bisa jadi sawah semua," katanya.

Kepala Dinas Pertanian, Kabupaten Mukomuko, M. Rizon memaparkan, akibat belum sampainya saluran skunder dan primer Bendung Air Manjunto ke lahan potensial sawah membuat petani menjadikannya perkebunan sawit dan menjadi lahan tidur.

Ia berkeyakinan apabila saluran irigasi sampai ke lahan petani maka banyak petani yang bersedia mengganti sawit menjadi sawah.

Menurut M. Rizon, produktivitas sawah dibanding sawit jauh lebih menguntungkan. Satu hektare sawah bisa menghasilkan 11,5 ton padi sementara sawit per hektare maksimal menghasilkan 3 ton.

"Harga gabah itu nyaris stabil jadi petani padi itu aman berbeda dengan harga sawit yang fluktuatif. Saat ini harga gabah memihak petani Rp 6.100 per kilogram petani sawah makin diuntungkan," ungkapnya.

Panen padi KOMPAS.COM/FIRMANSYAH Panen padi 

Ia juga sempat membuka data produktivitas gabah di daerahnya, baru mampu menghasilkan 68.176,30 ton gabah per tahun yang dihasilkan dari 4.116 hektare lahan sawah. Masaih ada 4.000 hektare lainnya lahan potensi sawah belum teraliri air.

Bendung Air Manjunto jantung perekonomian Kabupaten Mukomuko membentang di lima kecamatan mengairi 27 desa mengaliri 4.116 hektare sawah, serta memakmurkan ribuan keluarga petani. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko M Rizon mengatakan produksi gabah di Kabupaten Mukomuko mencapai 68.176,30 ton per tahun. Jumlah tersebut dihasilkan dari sawah yang teraliri air.

"Kendala memaksimalkan hasil panen diantaranya sumber air yang jauh dari lahan sehingga banyak lahan sawah tidak produktif. Diperlukan sarana dan prasarana pendukung termasuk saluran tersier air dari Bendung Air Manjunto ke sawah yang belum produkltif. Bila ini dilakukan produksi gabah bisa naik dua kali lipat mencapai 336.000 ton per tahun," ujar M. Rizon.

Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera Wilayah VII (BWSS VII) Adi Umar Dani, saat dikonfirmasi menyatakan pihaknya terus berupaya mengoptimalisasi fungsi Bendung Air Manjunto di Kabupaten Mukomuko.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Regional
Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Regional
Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Regional
Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Regional
Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Regional
Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Regional
Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Regional
Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar

Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com