Suhu Mud Volcano tersebut lebih rendah sehingga tidak mengeluarkan magma.
Adapun, material yang dikeluarkan, seperti butiran yang sangat halus yang tersuspensi dalam cairan berupa air atau hidrokarbon.
Adanya temperatur mendapatkan tekanan sedimen yang menghasilkan gas methane dengan sedikit kandungan karbondioksida dan nitrogen.
Fenomena unik lainnya adalah air yang terkandung dalam lumpur tersebut mengandung garam. Hal ini cukup menarik mengingat, lokasi Bledug Kuwu jauh dari laut.
Warga setempat memanfaatkan potensi tersebut dengan membuat garam dengan cara tradisional.
Air semburan lumpur yang mengandung garam dialirkan melalui parit buatan dan ditampung di sebuah kolam.
Air tersebut kemudian ditimba dan diisikan ke dalam klakah atau batang bambu yang telah dibelah menjadi dua.
Klakah yang telah terisi air kemudian dijemur di bawah matahari hingga membentuk kristal garam.
Dikisahkan sekitar abad ke-7 Masehi, wilayah Grobogan termasuk daerah Kerajaan Medang yang diperintah Dinasti Sanjaya/Syailendra.
Baca juga: Bledug Kuwu, Fenomena Semburan Lumpur yang Terkait dengan Legenda Aji Saka
Salah satu raja dinasti tersebut adalah Dewata Cengkar yang konon gemar makan daging manusia.
Karena kesukaan raja tersebut, rakyat menjadi ketakutan dan tidak ingin menjadi santapan raja. Di sisi lain, mereka juga tidak mampu melawan kesaktian raja.
Kemudian muncul, Aji Saka, seorang pengembara, yang prihatin dengan penderitaan rakyat.
Dengan disaksikan ribuan rakyar, Aji Saka menantang adu kesaktian dengan raja.
Raja yang meremehkan Aji Saka yang memiliki tubuh kecil memberikan tawaran, yaitu jika Aji Saka mempu mengalahkannya, maka dia berhak mendapatkan separuh wilayah kerajaan.
Sebaliknya, jika Aji Saka kalah dalam pertarungan, maka raja berhak memakan tubuh Aji Saka.