BLORA, KOMPAS.com - Di tengah gempuran penggunaan kompor listrik ataupun kompor gas sebagai kebutuhan dapur, tidak menyurutkan para perajin pawon di Kabupaten Blora, Jawa Tengah untuk terus memproduksi tungku tradisional tersebut.
Pekerjaan yang hampir dilakukannya setiap hari itu cukup terbilang mengerikan, karena mereka harus bertaruh nyawa untuk mengambil sebalok batu padas dari dalam goa.
Biasanya para perajin pawon memulai aktivitasnya sekitar pukul 08.00 pagi sampai jam 12.00 siang.
Baca juga: Geliat Perajin Dompet di Lebak, Pasok Produk ke Mangga Dua
Selanjutnya, mereka beristirahat untuk kemudian sekitar jam 14.00 siang memulai lagi melanjutkan pekerjaan dengan memoles pawon agar lebih rapi dan menarik.
Untuk mengambil bongkahan batu dari dalam goa, peralatan yang digunakan yaitu gergaji, kapak dan lampu senter.
Dalam mengambil batu tersebut, satu goa biasanya dikerjakan secara berkelompok antara 3 sampai 7 orang.
Salah seorang perajin pawon, Jasmin (62) mengatakan dirinya sudah menggeluti pekerjaan tersebut selama puluhan tahun.
"Sehari bisa mengambil 3 pawon," kata dia saat ditemui Kompas.com di lokasi, tepatnya Dusun Ningalan, Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, pada Sabtu (15/7/2023).
Selama mengambil batu-batuan tersebut, dirinya merasa tidak ada kesulitan yang berarti.
Baca juga: Kasus Air Sungai Berwarna Merah, 6 Perajin Batik di Pamekasan Diperiksa Polisi
Padahal, bagi yang belum terbiasa melakukannya akan merasakan suasana pengap, gelap dan menakutkan.
Namun, bagi Jasmin kepala terbentur langit-langit goa merupakan hal yang biasa bagi para perajin pawon itu.
"Tiang teng guwo iku mboten gadah susah, susah niku mboten saget merdamel, pokoke nek mlebet guwo kudu gembira, kepala kejedot guwo itu sampun biasa (orang di dalam goa itu tidak punya rasa susah. Susah itu kalau tidak bisa bekerja, pokoknya kalau masuk ke dalam goa harus gembira. Kepala kejedot langit-langit goa itu sudah biasa)," ujar dia.
Untuk mengurangi rasa takut ataupun sepi ketika mengambil batu di dalam goa, para perajin biasanya bernyanyi sesuka hati.
Padahal balok batu yang diambilnya itu beratnya sekitar 70-an kilogram, untuk selanjutnya dibawa ke luar dari dalam goa.
Makanya, Jasmin mengatakan seseorang yang ingin mengambil batu tersebut harus mempunyai hati yang senang juga gembira.
Baca juga: Saat Perajin Wajik Kletik di Magetan Mendapat Akses Internet Gratis...