JAYAPURA, KOMPAS.com - Berita duka bagi dunia penerbangan di Papua setelah tim SAR gabungan memastikan seluruh korban kecelakaan pesawat SAM Air PK-SMW yang berjumlah enam orang meninggal dunia.
Kapten Hari Permadi (40), pilot dalam penerbangan tersebut, dianggap sebagai salah satu penerbang yang paling mengenal wilayah pegunungan Papua.
Jam terbang yang sudah sangat tinggi membuat dirinya juga sudah menjadi instruktur bagi banyak pilot di Papua.
"Sejak SAM Air berdiri empat tahun lalu, Kapten Hari sudah gabung sama kita. Dia salah satu yang paling berpengalaman di Papua," ujar Pemilik SAM Air, Wagus Hidayat, di Jayapura, Minggu (25/6/2023).
Baca juga: 6 Jenazah Korban Kecelakaan Pesawat SAM Air Tiba di Bandara Sentani
Menurut dia, dengan jam terbang yang tinggi, Kapten Hari Permadi sudah menghasilkan banyak pilot di Papua, meski medan penerbangan perintis tidak lah mudah.
"Kapten Hari juga instruktur yang sudah hasilkan banyak pilot orang Papua," ungkapnya.
Baca juga: Basarnas Pastikan Semua Korban Jatuhnya Pesawat SAM Air di Yalimo Meninggal
Wagus juga melihat sosok Kapten Hari Permadi sebagai seorang pilot yang memiliki hati mulia karena setelah memiliki pengalaman tidak menyenangkan pada akhir 2020, sang pilot masih mau melakukan penerbangan di wilayah pegunungan Papua.
Saat itu, Kapten Hari Permadi dan co-pilot Yoseph Mayau, terbang dari Kabupaten Mimika menuju Kampung Bugalaga, Distrik Biandoga, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah.
Tidak disangka, penerbangan yang awalnya hanya untuk mengantar bahan makanan tersebut, justru hampir membuat nyawa sang pilot hilang. Ketika tiba di lokasi, Kapten Hari dan dua orang rekannya disambut oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
"Jadi Kapten Hari pernah ditodong KKB ketika menyuplai bahan makanan di Bugalaga pada November 2020, KKB sempat aniaya dia. Saat itu KKB mau sandera mereka, tapi untung co-pilot ini bisa bahasa daerah jadi dia yang lakukan komunikasi sampai akhirnya mereka dilepas," tutur Wagus.