SEMARANG, KOMPAS.com - Tim peneliti Departemen Fisika, Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, mengumumkan berhasil menciptakan perangkat lunak yang mampu menguji kualitas hasil CT scan medis pertama di Asia Tenggara.
Padahal biasanya, software tentang teknologi canggih seperti untuk CT (computed tomography) dikembangkan oleh lembaga-lembaga riset besar Amerika, Jerman, Perancis, Jepang, atau negara maju lainnya.
"IndoQCT merupakan software untuk pengukuran kualitas citra pertama yang dikembangkan di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara," tutur Ketua tim peneliti, Dr Choirul Anam usai meluncurkan software tersebut, Rabu (14/6/2023).
Baca juga: Cerita Putri Ariani, Ciptakan Lagu Loneliness Saat Merasa Bersalah dengan Diri Sendiri
Kini terobosan teknologi tersebut sudah banyak digunakan di rumah sakit di Jawa Tengah. Bahkan pihaknya mengeklaim bila software bernama IndoQCT itu sudah digunakan di sejumlah rumah sakit di luar negeri.
"Sebelum launching kita sudah lakukan trial di banyak rumah sakit, baik di Indonesia ataupun di luar negeri. Kita udah coba di RS Sains Malaysia untuk mengecek. Di Indonesia kita juga sudah melatih sekitar 30 fisikawan medis di seluruh Jateng. Jadi secara umum di Jateng sudah digunakan," tambahnya.
Pihaknya menerima testimoni positif dari peneliti yang menggunakan software itu. Di antaranya dari Malaysia dan Jepang. Mereka menyebutkan bila software itu sangat baik dalam membantu mereka menyelesaikan masalah dengan cepat.
"Yang selama ini mereka mengukur (hasil CT Scan) butuh waktu setengah jam hingga berjam-jam secara mamual, dengan IndoQCT ini mereka selesaikan dalam beberapa menit dengan akurasi yang tinggi," ungkapnya.
Pihaknya kemudian menjelaskan bila di rumah sakit selalu memiliki alat CT scan yang biasanya dioperasikan oleh tenaga kesehatan radiografer untuk melihat tubuh pasien dalam bentuk tiga dimensi menggunakan sinar x.
Lantaran peralatan tersebut sangat kompleks, nakes perlu memastikan hasil CT scan yang didapatkan itu akurat sesuai dengan kondisi pasien yang sesungguhnya.
Baca juga: Hublot Ciptakan Big Bang Berbahan Full Carbon, Cuma 50 Unit
"Kalo tidak dipastikan akurat, bisa berbahaya karena bisa menimbulkan kesalahan interpretasi oleh dokter radiologi. Makanya perlu dilakukan program rutin yang disebut quality control," bebernya.
Selama ini, quality control dilakukan secara manual oleh fisikawan medis di rumah sakit dan memakan waktu relatif lama hingga berjam-jam. Dengan meluncurkan software IndoQCT ini, proses quality control bisa digarap dengan sangat cepat dan otomatis.
Mengenai margin error, baginya tidak ada penemuan yang sempurna. Namun error dalam teknologi itu diklaim sangat kecil di bawah 5 persen dan itu bisa diterima.
Baca juga: Iran Klaim Ciptakan Rudal Hipersonik 15 Kali Lipat Kecepatan Suara
"Kalau manual itu sebenarnya bias karena tergantung tenaga medis yang melakukan pengukuran. Tapi dengan pendekatan otomatis seperti ini maka human error atau subjektivitas pengukuran bisa dihindari," tuturnya.
Anam menambahkan, IndoQCT ini sudah didesain untuk bisa mengerjakan hampir semua fantom yang ada di seluruh fasilutas medis.
"Harapannya IndoQCT digunakan di seluruh RS di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Ini sudah kita upload di website dan didownload oleh banyak peneliti dan praktisi di rs yang ada di luar negeri. Misalnya Malaysia, Arab Saudi, Maroko, Jepang, dan lainnya," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.