Pada musim haji, kajian yang digelar sehabis Mahgrib ini dihadiri seribuan jemaah yang mayoritas merupakan jemaah haji Indonesia.
Terlihat pula jemaah dari negara lain seperti Malasyia, Filipina, Brunai Darussalam, dan lainnya.
Kepada jemaah Indonesia yang mengikuti kajiannya, Ariful meminta manfaatkan waktu di Madinah untuk belajar agama, selain beribadah.
"Ada banyak manfaatnya bagi siapapun, agar kita nambah cinta sama Nabi, insya Allah," katanya lagi.
Baca juga: Kisah Surip, 18 Tahun Menabung dari Hasil Angon Bebek untuk Naik Haji
Soal metode dan cara pandang yang digunakan saat mengisi kajian, pria lulusan pesantren di Riau itu mengaku empat mazhab dalam Islam tidak jauh berbeda, tergantung bagaimana dirinya menyampaikan kepada para jemaah.
"Alhamdulillah orang Indonesia orang yang mau mendengarkan. Mazhab itu tidak jauh berbeda, yang beda itu cara menyampaikan," tutur dia.
Mengaku bangga, Ariful bersyukur setiap hari bisa shalat di Masjid Nabawi. Lebih-lebih bisa mengisi kajian di Masjid kebanggaan umat Islam.
"Bangga ya, bisa shalat di sini, bisa ngajar ngaji di sini, setiap hari," ujarnya.
Baca juga: Setiap Jemaah Haji Asal Aceh Dapat 1.500 Riyal dari Wakaf Baitul Asyi
Ariful mengaku rumahnya cukup jauh dari Masjid Nabawi. Jaraknya sekitar 7 kilometer dari masjid tempanya mengajar setiap hari.
"Setiap hari ngisi kajian. Pokoknya kalau tidak sakit atau tidak ke Mekah, pasti ngajar," ujarnya dengan linangan air mata.
Berkisah soal dukanya, Ariful mengaku sakit pun kadang tetap mengisi kajian, tidak pernah libur, bahkan saat Lebaran tiba.
"Kadang tubuh menggigil, demam. Saya minta ke Abang saya cepat bawa ke Masjid Nabawi. Enggak ada libur, Lebaran juga gas," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.