PALEMBANG, KOMPAS.com - Enam tahun menanti, Karto Yitno, warga Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan (Sumsel), akhirnya bisa menjalankan ibadah haji di Tanah Suci.
Kakek berusia 105 tahun itu masuk dalam kelompok terbang (kloter) Sumsel. Karto menceritakan, dirinya mendaftar haji dari hasil menabung selama 10 tahun menjadi seorang petani.
“Yang urus pendaftaran anak. Daftarnya 2017 kemarin, kalau istri sudah meninggal 32 tahun yang lalu, jadi saya berangkat sendiri,” kata Karto saat berada di Asrama Haji Palembang, Jumat (26/5/2023).
Baca juga: 200 Calon Jemaah Haji di Karawang Gagal Berangkat ke Tanah Suci, Ini Penyebabnya
Meskipun telah berusia lanjut, kondisi Karto masih terlihat bugar. Ia masih mampu berjalan tegak tanpa dipapah sembari mengalungkan tas haji.
“Insya Allah saya akan sehat, obat-obatan juga sudah disiapkan anak selama di Mekah nanti,”ujarnya.
Baca juga: 14.396 Jemaah Haji Terbang ke Arab Saudi, 11.255 Orang Sudah Tiba di Madinah
Sebelum berangkat ke Mekkah, Karto pun telah mengikuti prosesi manasik haji serta mendapatkan pelatihan dari pembimbing. Ia pun memohon doa kepada seluruh keluarganya agar menjadi haji yang mabrur.
“Anak tadi ikut mengantar ke Palembang, doakan saya sehat selalu,”katanya.
Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumsel Armet Dachil, mengatakan, pada tahun ini sebanyak 7.012 jemaah asal Sumsel dan 1.065 jemaah dari Bangka Belitung yang diberangkatkan pada 115 petugas kloter.
Keberangkatan para jemaah ini dibagi dalam 23 kelompok kloter dengan dua gelombang.
Untuk gelombang pertama yang diberangkatkan dari kloter 1 sampai kloter 10. Sedangkan gelombang kedua dari kloter 11 sampai kloter 23.
“Kloter pertama hari ini sudah di Palembang, mereka berasal dari OKU Timur akan langsung diberangkatkan ke Madinah,”kata Armet.
Armet menambahkan, pada pelaksanaan haji tahun ini 60 persen jemaah yang berangkat masuk dalam status berisiko tinggi (risti) karena berusia di atas 65 tahun.
“Untuk itu kami sudah menyiapkan jalur cepat khusus untuk jemaah berisiko tinggi agar mereka bisa lebih terpantau," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.