SALATIGA, KOMPAS.com - Prihatin masih adanya bullying atau perundungan di lingkungan sekolah, sekelompok siswa di SMP Negeri 2 Salatiga membuat aplikasi dan permainan untuk melawan perbuatan tersebut.
Aplikasi yang diberi nama Netiru atau Negrosa Anti Perundungan tersebut berisi sejumlah informasi dan kanal pengaduan.
"Jadi ada serba-serbi terkait perundungan, mulai dari yang teoritis sampai dengan praktik untuk kampanye antiperundungan tersebut," kata Siswi SMP Negeri 2 Salatiga, Letticia Vasna Joshits, Kamis (25/5/2023) di sela acara peringatan Hari Jadi ke-63 SMP Negeri 2 Salatiga.
Baca juga: Polres Malang Sosialiasi Bahaya Perundungan kepada Para Pengasuh Ponpes
"Selain itu juga kanal pengaduan yang terakses langsung ke guru, sehingga bisa langsung ditangani kalau ada perundungan. Kami berharap ini menjadi kampanye sejak dini agar tidak ada lagi perundungan di sekolah," paparnya.
Sementara Letticia Vasna Joshits dan kelompoknya membuat aneka permainan untuk edukasi antiperundungan. Di antaranya monopoli dan teka-teki silang.
"Di sini ada pesan-pesan yang disampaikan, karena bentuknya permainan maka bahasa yang digunakan juga yang mudah agar semakin paham," ujarnya.
Dia mengakui di kalangan pertemanan masih ada perundungan.
"Meski konteksnya bercanda, tapi ini bisa menimbulkan trauma bahkan jadi tidak mau sekolah. Misal memanggil dengan nama orangtua atau sesuai fisik, seperti gendut atau krempeng," ungkapnya.
Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Salatiga Mudjiati mengapresiasi kreativitas anak-anak dalam kampanye melawan perundungan.
"Mereka membuat secara manual dan digital agar muda dimengerti. Ini nanti akan direplikasi agar anak-anak semakin bisa saling menghargai, cinta sesama, dan toleransi," ucapnya.
Dia menilai, penyebab terjadinya perundungan salah satunya karena ada teman yang memiliki kekurangan, baik fisik atau intelektual. Sehingga hal tersebut menjadi pemicu perundungan.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga Nunuk Dartini mengatakan kasus perundungan masih terjadi di lingkungan sekolah.
"Itu memang ada, kalau dipresentase sekira 2 persen. Memang kecil tapi kita terus berusaha agar itu menjadi nol persen," jelasnya.
"Kita aktifkan satgas antiperundungan di sekolah, guru harus proaktif melihat siswa agar tak ada perundungan. Karena efeknya sangat tidak baik untuk tumbuh kembang anak, bisa sampai trauma," kata Nunuk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.