"Seharusnya keberadaan taksi online tidak boleh membentuk suatu pangkalan di area bandara, sebab taksi konvensional ini hanya mengangkut penumpang dari bandara ke luar bandara, (one way) saja," tutur Pikri.
"Sementara taksi online di Batam mengambil dua arah, mengambil dari luar dan dalam bandara juga. Hal ini yang dipandang oleh taksi konvensional mencederai rasa keadilan," ungkap Pikri.
Pikri mengaku, hal ini jugalah yang akan didudukan kedua belah pihak.
Githa, salah seorang driver taksi online mengaku tidak ada yang ngetem di sekitaran bandara. Sebab rata-rata orderan masuk saat mereka beres mengantar penumpang di Hang Nadim.
"Kami tidak pernah ngetem, orderan masuk rata-rata usai kami mengantar penumpang di Hang Nadim. Ada juga saat kami sedang melintas di traffic light bandara, karena orderan akan otomatis masuk saat kami berada maksimal 4 km dari titik pemesanan," ungkap Ghita.
"Jadi sekali lagi saya tegaskan, orderan masuk bukan karena kami ngetem, akan tetapi saat kami usai mengantar penumpang dari bandara," tambah Ghita.
Ghita mengaku, di zaman digital ini, keinginan masyarakat tidak bisa dibendung, terlebih akan kebutuhan taksi online yang dianggap sederhana dan memudahkan.
"Tidak kita pungkiri, selain aman dan nyaman, untuk harga juga sudah tertera dengan jelas, jadi tidak ada lagi tawar menawar. Jika tidak mau, tinggal di-cancel saja," pungkas Githa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.