Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebaran Ketupat dan Warisan Leluhur Masyarakat Jawa Tondano di Gorontalo

Kompas.com - 29/04/2023, 08:49 WIB
Rosyid A Azhar ,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

“Kami membuat lebih dari 200 ujung nasi bulu, belum terhitung ketupat dan jejang,” kata Saleh Kai (70) salah seorang warga Desa Yosoenegoro.

Saleh Kai bersama keluarganya sibuk di belakang rumah mengisi ruas bambu dengan beras dicampur santan yang telah dibumbui. Sementara Saminah Mas Hanafi (79) dengan cekatan mengisi ketupat dengan beras. Demikian juga tetangga di kanan kiri rumahnya, semua sibuk di belakang rumah menyiapkan menu istimewa di lebaran ketupat ini.

Saleh Kai mengaku bangga menjadi bagian Jawa Tondano meskipun bapaknya orang Gorontalo. Ia fasih berbahasa Jaton sebab ibunya adalah orang Jaton bermarga Banteng. Sambil menyiapkan nasi bulu Saleh Kai mengaku bangga menjadi orang Jaton, apalagi leluhurnya adalah mbah Banteng, pengikut setia Pangeran Diponegoro.

Baca juga: 3 Cara Membuat Lepet untuk Hidangan Lebaran Ketupat

Semua sajian makanan istimewa ini disajikan kepada siapa saja yang datang ke rumahnya. Kelezatan makanan ini diharapkan menjadi penguat ikatan keluarga yang telah lama berpisah, atau bahkan telah renggang. Semua masalah dapat diselesaikan dengan menyantap ketupat di meja makan.

“Tamu-tamu yang datang tidak selalu kami kenal, ada juga saudara yang membawa rombongan teman kantor atau lainnya, mereka adalah saudara kami juga meskipun kami tidak saling kenal,” ujar Idris Mertosono, salah satu warga Jawa Tondano yang tinggal di Isimu.

Ragam jenis ketupat

Masyarakat Jawa Tondano (Jaton) mengenal ragam jenis anyaman ketupat. Saleh Kai menyebut jenis ketupat yang dibuat saat lebaran ini antara lain ketupat panggang, sintok, jantung, luwar dan bawang. Sebenarnya masyarakat jaton masih mengenal bentuk ketupat lainnya, seperti bentuk sabit dan bola, namun karena sudah jarang dibuat sehingga jenis ini tidak selalu ada.

“Ada bentuk sabit, namun karena kecil, isinya sedikit, orang sudah tidak membuatnya,” ujar Saleh kai.

Jenis ketupat ini bentuknya berbeda-beda, seperti ketupat luwar yang berbentuk memanjang, ketupat jantung bentuknya seperti jantung, ketupat panggang lebih enak disantap dengan sajian ayam panggang.

Ragam bentuk anyaman ketupat ini memperkaya kuliner masyarakat Jaton, apalagi lawok (lauk) yang disajikan juga beragam seiring perkembangan zaman.

Baca juga: Resep Ketupat Medan Lengkap dengan Sambal

Dulu warga Jaton mengenal lawok pendamping ketupat adalah sambal goreng yang dibuat dariu popaya teto atau papaya cincang dan bumbu tumbok yang berbahan kacang dan sejumlah rempah. Namun dalam perkembangannya ragam ketupat ini dapat disajikan dengan menu daerah lain seperti coto makassar, rendang, soto jawa, sate, panggang ayam, atau lainnya.

Saminah Mas Hanafi menceritakan, pada tradisi keluarga mereka, membuat ragam jenis ketupat ini merupakan keharusan. Hingga kini kebiasaan ini masih berlanjut. Keluarganya masih membuat ketupat panggang, sintok, jantung, luwar dan bawang.

“Saat saya masih muda, oleh orang-orang tua kami diminta untuk membuat bermacam-macam jenis ketupat. Orang tua tidak hanya menyuruh, mereka juga mengajarkan kami bagaimana menganyam janur ini menjadi beberapa model ketupat,” ujar Saminah Mas Hanafi.

Lebaran ketupat selalu berkesan

Sebagai sarana penguat ikatan keluarga, lebaran ketupat selalu berkesan oleh mereka yang terlibat, baik tuan rumah maupun tetamu yang datang. Tradisi perjumpaan sanak saudara ini selalu meninggalkan kesan istimewa.

“Bakdo ketupat adalah tradisi peninggalan dari Kyai Modjo dan pengikutnya yang terus dirawat oleh kami sebagai keturunan mereka Bakdo ketupat ini dilaksanakan seminggu setelah Idul Fitri dan telah menyelesaikan puasa sunnah 6 hari setelah berpuasa di bulan Ramadhan,” kata Mimy Astuty Pulukadang pengajar di Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo.

Mimy Astuty Pulukadang yang berasal dari Desa Reksonegoro menceritakan pada saat bakdo ketupat seperti sekarang ini pasti sangat ramai dengan kerabat yang berkunjung. Menurutnya lebaran ketupat ini bukan hanya perayaan keagamaan, akan tetapi merupakan ajang silaturahmi dengan siapapun yang datang berkunjung ke rumah.

Baca juga: Resep Gulai Pakis Khas Sumatera Barat, Cocok untuk Lauk Makan Ketupat

“Semua rumah terbuka lebar untuk menerima tamu. Sajian sup brenebon, kacang uci sinantenan, iwak kokkok pinanggang, semor, opor, wo sambel goreng tersedia. Semuanya bisa disantap sebagai teman ketupat ketan ataupun ketupat biasa. Baweyan kangkes'in Jenang wo Asi Ja,” ujar Mimy Pulukadang sambal menyebut jenis ragam kuliner Jawa Tondano dan tamu bisa membawa pulang jenang dan nasi bulu.

Menurut Mimy Pulukadang masyarakat Jaton sangat senang jika banyak yang datang berkunjung karena terbayarkan kerja lembur dari pagi sampe subuh untuk menyediakan semua sajian ini. Keberkahan ini dapat dinikmati semua kerajat dan siapa saja yang datang. Ini merupakan berkah hari raya ketupat setelah orang-orang Jaton melaksanakan puasa Syawal 6 hari setelah Idul Fitri.

Mimy Pulukadang yang tinggal di Kota Gorontalo terkenang masa kecil saat ia masih tinggal di Desa Reksonegoro. Malam menjelang lebaran ketupat adalah saat paling sibuk dan melelahkan, ia bersama keluarga menyiapkan semua kebutuhan. Hal serupa juga dilakukan oleh banyak keluarga Jaton lainnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com