Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Ucapannya untuk "Bikin Stres" Wartawan Tribun di Grup WhatsApp, Kapolres Nagekeo Beri Penjelasan

Kompas.com - 24/04/2023, 14:38 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Sebuah tangkapan layar percakapan grup WhatsApp antara polisi dan jurnalis di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang berisi ancaman kekerasan terhadap wartawan Tribun Flores.com (Kompas Gramedia Grup) Patrianus ‘Patrik’ Meo Djawa, viral di media sosial.

Grup WA itu beranggotakan Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Negekeo, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Yudha Pranata dan sejumlah wartawan.

Dalam tangkapan layar grup WA bernama KH Destro yang diperoleh Kompas.com, Senin (24/4/2023), terlihat Kapolres Nagekeo Yudha menulis sejumlah pesan.

Baca juga: Viral Video Oknum Wartawan di Gorontalo Aniaya Wanita, Pelaku Juga Laporkan Korban ke Polisi

Isinya, "All Destro. Hubungi Patrik untuk minta wawancara klarifikasi tentang laporan dari Ketua Suku Nataia. Sekarang!!!. Bukti chat WA ke Patrick segera di screenshot. Sebagai bukti bahwa kita sudah meminta klarifikasi kepada Patrick. Bikin dia stress. Baru buat catatan kaki, sampai berita ini diturunkan saudara Patrick belum bisa memberikan klarifikasi,"tulis Yudha dalam pesan itu.

Tulisan Yudha, kemudian ditanggapi beragam oleh beberapa nama lainnya yakni seperti Elang-D yang menulis "Ini maunya apa anak Tribun". Kemudian dibalas Udin Minndonews "Maunya kita patahkan rahangnya Bang".

Kemudian, nama Kae Sherif See Sergap menulis "Ade atur dulu, urusan belakangan". Lalu, nama Elang-D kembali menulis"Coba cara baik-baik dulu. Kalau gak baru dijadikan sampah".

Terkait hal itu, Kapolres Negekeo AKBP Yudha Pranata, membenarkan grup WhatsApp itu dan tulisan yang dia buat.

"Betul itu chat saya, sebagai bentuk pembinaan dan juga sebagai mitra Polri dalam bentuk penyiaran berita yang tidak pernah kita tutupi," kata Yudha, saat dihubungi Kompas.com, melalui pesan WA, Senin pagi (24/4/20230.

"Semua itu ada asal muasalnya. Dimulai dari kasus pengadangan mobil saya oleh pemuda yang mabuk, yang akhirnya saya cabut dan maafkan mereka. Sampai direkayasa adanya kriminalisasi wartawan," sambung Yudha.

Baca juga: Helm Wartawan Hilang di Masjid Istiqlal, Pengelola Parkir: Kehilangan Bukan Tanggung Jawab Kami

Yudha menjelaskan, kejadian itu bermula pada Minggu (9/4/2023) sore sekitar pukul 17.30 Wita.

Waktu itu, Yudha bersama anggotanya sedang mengecek Markas Komando Polres Nagekeo, untuk persiapan pergeseran dari kantor lama di Danga ke kantor baru di Aeramo.

Dalam perjalanan pulang untuk kembali melaksanakan buka puasa, Yudha yang saat itu menumpang mobil pribadinya jenis Mitsubishi Pajero warna putih dengan nomor polisi L 1901 TO diadang sekelompok pemuda yang dalam kondisi mabuk minuman keras.

"Para pemuda mabuk lalu memukul mobil di sebelah kiri depan di bawah lampu depan, sehingga pengunci spakbor sebelah kiri patah,"ungkap Yudha.

Setelah itu, ajudan dan sopirnya turun menanyakan maksud dan tujuan mengadang dan memukul mobil yang ditumpangi Kapolres.

"Tetapi mereka masih dalam pengaruh alkohol menantang berkelahi dan memukul driver kami. Setelah saya turun baru pemuda tersebut tahu bahwa dalam mobil tersebut ada Kapolres dan hanya empat orang yang masih terus kacau karena dalam pengaruh miras," ungkap Yudha.

Baca juga: Ditanya soal Kasus BTS 4G, Menkominfo Johnny Plate Bungkam, Ajudannya Tarik Wartawan

Salah satu pelaku yang memukul mobil dan sopirnya, langsung diamankan di sebelah rumah milik warga bernama Dus Baka.

Karena masih berontak dan terus mengancam, pemuda mabuk itu lalu diamankan dan diikat salah satu tangannya dengan tali jemuran disebelah rumah warga tersebut.

"Setelah itu pelaku kami lepaskan ikatannya dan kami beri arahan supaya tidak banyak gerakan lagi," kata Yudha.

"Lalu empat orang tersangka itu kami amankan dan kami bawa ke Polsek untuk diproses," tambah Yudha.

Orangtua empat tersangka lanjut Yudha, malah menitip kepada polisi untuk dibina agar tidak mengulang lagi perbuatan mereka.

Perkara ini kata Yudha, sudah selesai dan para tersangka sudah dikembalikan kepada keluarga mereka dan laporannya sudah dicabut.

Baca juga: Kasus Pencuri Pecah Kaca Mobil Wartawan di Bandung, Polisi Bakal Bentuk Tim Khusus

Setelah itu, keluarga Suku Nataia meminta maaf kepada polisi dan dalam upacara adat Suku Nataia mengembalikan kehormatan Polres Nagekeo.

"Berita tersebut didramatisir dan diputarbalikkan faktanya oleh Primus Dorimulu, adik kandung Bupati Nagekeo dari Berita Satu," ungkap Yudha.

Padahal kata Yudha, situasi dan kondisi wilayah Aeramo aman terkendali. Masyarakat Aeramo sangat antusias dengan kehadiran pihaknya di Markas polres Nagekeo yang baru

Pasca kejadian, lanjut Yudha, Ketua suku Nataia melaporkan secara resmi kepada Polres Nagekeo oknum wartawan Tribun Flores dan Pos Kupang yang bernama Patrick Meo Jawa, yang menulis berita pengadangan mobil Kapolres Nagekeo.

Yudha menyebut, dalam berita itu wartawan Tribun menulis berita dengan narasi keponakan kepala Suku Nataia ditangkap Polres Nagekeo karena mengadang dan memukul mobil Kapolres Nagekeo.

Almarhum orangtua Ketua Suku Nataia telah memberikan tanah kepada Polres Nagekeo.

Baca juga: Mobil Wartawan di Bandung Dibobol Maling, Kaca Pecah, Sejumlah Barang Berharga Raib

"Akibat narasi berita tersebut ketua Suku Nataia merasa tersinggung dan merasa dirugikan, karena pemberitaan pemberian tanah kepada Polres Nagekeo tidak ada hubungannya dengan perkara yang dihadapi keponakan kepala Suku Nataia," kata Yudha.

"Karena pemberian tanah yang diberikan almarhum orangtua Kepala Suku Nataia tidak boleh diungkit lagi, karena itu menurut mereka sangat pamali," sambung Yudha.

Menurut Yudha, meski telah menerima laporan, tapi pihaknya belum memroses kasus itu, karena masih berkoordinasi dengan Dewan Pers, apakah tulisan wartawan Tribun Flores masuk ranah pidana atau tidak.

Di sisi lain, solidaritas pemuda Suku Nataia membuat pernyataan kepada Polres Nagekeo untuk meminta kasus pencemaran dan penghinaan nama suku tetap diproses.

Menanggapi itu, Yudha pun telah memberikan imbauan untuk seluruh Suku Nataia, agar tidak main hakim sendiri dan melanggar hukum dengan melakukan kekerasan terhadap oknum wartawan Tribun tersebut.

Menurut Yudha, oknum wartawan Tribun Flores atas nama Patrik sering menulis hal-hal buruk tentang Polres Nagekeo.

Baca juga: Diduga Aniaya 2 Wartawan, Kades dan Mantan Kades di Sumenep Ditahan Polisi

Sehingga, seluruh masyarakat Nagekeo mengecam segala bentuk penggiringan opini melalui media massa mengenai Polres Nagekeo.

"Link berita tersebut sudah diganti atau diubah oleh oknum wartawan tersebut, tetapi masih dengan link berita yang sama. Sampai detik ini, oknum wartawan tersebut belum memberikan hak jawab kepada ketua Suku Nataia atas pemberitaan yang dimuatnya," kata Yudha.

Terkait semua kejadian itu, Yudha mengaku siap menghadapinya. "Tugas pokok kami Polri yang paling utama adalah Keamanan dan ketertiban masyarakat. Silahkan dilihat langsung kondisi Nagekeo saat ini, sangat aman dan kondusif," kata Yudha.

Yang tidak kondusif, lanjut dia, hanya media sosial dan media online yan dinarasikan oleh orang dari luar Nagekeo.

"Tetapi semua kejadian ini sudah menjadi rencana Tuhan yang Maha Esa. Biarkan Tuhan yang Maha Esa yang menyelesaikannya juga," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Regional
Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Regional
Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Regional
442 Rumah Warga di OKU Selatan Terdampak Banjir

442 Rumah Warga di OKU Selatan Terdampak Banjir

Regional
Warga OKU Diminta Waspadai Bencana Longsor

Warga OKU Diminta Waspadai Bencana Longsor

Regional
Digigit Anjing, 2 Warga Sikka Dilarikan ke Larantuka karena Kosongnya Vaksin Antirabies

Digigit Anjing, 2 Warga Sikka Dilarikan ke Larantuka karena Kosongnya Vaksin Antirabies

Regional
Preman Pemalak Sopir Truk di Lampung Ditangkap, Korban Diadang dan Dianiaya

Preman Pemalak Sopir Truk di Lampung Ditangkap, Korban Diadang dan Dianiaya

Regional
Cemburu Buta, Suami di Semarang Aniaya Istri hingga Patah Rahang

Cemburu Buta, Suami di Semarang Aniaya Istri hingga Patah Rahang

Regional
Ketua MUI Salatiga Daftar Bakal Calon Wakil Wali Kota, Kyai dan Masyayikh NU Sampaikan Penolakan

Ketua MUI Salatiga Daftar Bakal Calon Wakil Wali Kota, Kyai dan Masyayikh NU Sampaikan Penolakan

Regional
Tak Hadir Saat Ujian Sekolah, Siswi di Wonogiri Ditemukan Tewas dalam Kondisi Hamil

Tak Hadir Saat Ujian Sekolah, Siswi di Wonogiri Ditemukan Tewas dalam Kondisi Hamil

Regional
Sebut Ingin Lanjutkan Pembangunan, Inkumben Bupati Demak Daftar di 3 Parpol Ini

Sebut Ingin Lanjutkan Pembangunan, Inkumben Bupati Demak Daftar di 3 Parpol Ini

Regional
Banjir Mahakam Ulu Telan Korban, Warga Tenggelam saat Berenang Pakai Jeriken

Banjir Mahakam Ulu Telan Korban, Warga Tenggelam saat Berenang Pakai Jeriken

Regional
Kondisi Terkini Bencana Banjir Bandang di Sumbar, 14 Warga Hilang dan Penjelasan BMKG

Kondisi Terkini Bencana Banjir Bandang di Sumbar, 14 Warga Hilang dan Penjelasan BMKG

Regional
4 Orang Daftar Penjaringan Cabub-Cawabup Sukoharjo di PDI-P, Salah Satunya Kades

4 Orang Daftar Penjaringan Cabub-Cawabup Sukoharjo di PDI-P, Salah Satunya Kades

Regional
Ganja Jadi Bumbu Makanan, BNNP Aceh Inspeksi Usaha Kuliner

Ganja Jadi Bumbu Makanan, BNNP Aceh Inspeksi Usaha Kuliner

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com