"Tak punya kerjaan lain, daripada nganggur di rumah, tak lebih baik nyari koin di Jembatan Sewoharjo," tuturnya
"Kalau musim panen, emak biasanya suka ke sawah ikut ngarit, dan kalau musim tanam ikut tandur, tapi sekarang belum musim panen dan baru ditanami kurang lebih sebulan. Jadi gak punya kerjaan lain terpaksa nyapu koin," imbuhnya
Dalam sehari, ia bisa mendapatkan uang Rp 30.000 hingga Rp 70.000 dari hasilnya menyapu koin.
"Yak kalau ada rezeki hasil berebut koin perharinya bisa mendapatkan uang sekitaran Rp 30.000 sampai Rp 70.000. Tapi kalau musim mudik seperti saat ini perharinya bisa meraup lebih dari Rp. 100 ribu," paparnya
Baca juga: Mobil Pemudik Tiba-tiba Masuk ke Rel di Banyumas, Berhenti Melintang di Atas Jembatan
"Insyaallah rezeki tak ada yang tahu, Allah yang ngatur,"ucapnya
Mak Iye juga mengaku dirinya menyapu koin untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
"Daripada diam di rumah tak menghasilkan lebih baik nyapu koin, untuk menuhi kebutuhan sehari-hari," tukasnya
Mak Iye mengaku diajak sama tetangga untuk menyapu koin hingga akhirnya jadi kebiasaan.
" Yak semua berawal dari ketertarikan dan juga terdesak kebutuhan karena tak ada kerjaan, jadi milih ikut nyapu koin," kata dia.
Menyapu koin sudah tradisi dan budaya masyarakat disekitaran jembatan Sewoharjo.
Setiap hari baik siang mau pun malam, di atas jembatan tersebut ada puluhan orang yang berada di pinggir jalan dengan membawa sapu lidi panjang.
Mereka mengais rejeki diatas jembatan tersebut, karena banyak pengendara yang melintas melemparkan uang receh atau koin.
Mak Iye bercerita ada yang percaya dengan memberikan uang receh di Jmebatan Sewo, maka mereka akan terhindar dari marabahaya.
Baca juga: Cegah Penumpukan, Pemudik di Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk Diimbau Pesan Tiket secara Online
"Ini tidak lepas dari dua mitos yang menyebabkan banyak pelintas jalan yang selalu melemparkan uang receh saat melintas jembatan Sewo. Kalau pengendara yang melintasi jembatan Sewoharjo tak melempar uang receh, maka selama perjalanan akan diganggu oleh makhluk halus bahkan sampai celaka," ungkapnya
Menurut Mak Iye, mitos tersebut berawal dari kisah cerita Saedah dan Saeni yakni dua orang saudara kembar yang menjadi penari ronggeng.