“Hampir di setiap desa di Konawe Utara membudidayakan nilam. Potensi tanaman ini cukup besar. Dalam satu kali panen di lahan seluas 1 hektar. Keuntungan bersih yang bisa didapat sebesar Rp 25 juta dalam waktu tiga bulan. Dalam setahun, petani nilam bisa menghasilkan sekitar Rp 75 juta,” kata Ruksamin.
Untuk mengakomodasi kebutuhan petani, Pemkab Konawe Utara sudah menyediakan bibit, pupuk, serta tempat penyulingan nilam. Pemkab juga bekerja sama dengan perusahaan pembeli nilam untuk mengantisipasi jika suatu waktu harga nilam anjlok akibat permainan tengkulak.
Selain itu, Pemkab Konawe Utara juga sedang mempersiapkan sistem pembayaran quick response (QR) code kepada para petani saat menjual hasil pertanian. Hal ini bertujuan untuk menghindari potensi beredarnya uang palsu saat menjual hasil panen.
“Saya mengimbau masyarakat Konawe Utara untuk berhati-hati terhadap peredaran uang palsu saat menjual hasil panennya. Oleh karena itu, Pemkab Konawe Utara akan mengalihkan pembayaran hasil panen melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS),” kata Ruksamin.
Selain hasil perkebunan dan pertanian, Konawe Utara juga kaya akan potensi perikanan, baik budi daya air tawar, payau, maupun laut. Ruksamin memaparkan bahwa Konawe Utara memiliki luas lahan olahan perikanan seluas 941 hektar.
Adapun hasil budi daya ikan air tawar mencapai 1.931 ton untuk ikan mas dan nila. Sementara itu, hasil budi daya ikan air payau mencapai 5.530 ton, di antaranya udang vaname 1.133 ton dan udang windu 839 ton. Untuk hasil ikan air laut, Konawe Utara mampu menghasilkan ikan kerapu sebesar 620 ton.
“Hasil tersebut mampu memenuhi kebutuhan pasokan ikan di Konawe Utara. Hasil perikanan kami juga telah dijual lintas provinsi. Seperti lobster yang sampai ke pabrik pengolahan di Bali dan Surabaya,” ujarnya.
Tak hanya perikanan, Konawe Utara juga memiliki cadangan sumber daya nikel terbesar di dunia, yakni sebesar 1,8 miliar metrik ton. Oleh karena itu, Ruksamin optimistis bahwa Sultra akan menjadi pusat energi dunia.
Ia juga berterima kasih kepada pemerintah pusat karena sedang melakukan pembangunan kawasan industri di Kecamatan Motui, Kabupaten Konawe Utara, sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN).
Menurutnya, pembangunan kawasan industri tersebut dapat menjadi nilai tambah di Konawe Utara. Baik dari aspek pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, hingga pembangunan daerah.
“Pembangunan kawasan industri di Kecamatan Motui memberikan banyak manfaat untuk menggenjot pembangunan di Konawe Utara. Kami bersyukur, Konawe Utara tidak hanya kaya akan hasil laut, tapi juga pertambangan, pertanian, perhutanan, serta pariwisata,” tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.