Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hadi, Eks Napiter Petinggi Neo Jamaah Islamiyah Akhiri Pelarian demi Sang Ibunda

Kompas.com - 13/04/2023, 13:30 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sebuah rumah produksi Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) membuat film dokumenter berjudul Kembali ke Titik yang menceritakan tentang perjalanan eks napiter.

Pemeran utama dalam film dokumenter adalah Hadi Masykur, eks petinggi Neo Jamaah Islamiyah (JI) yang memilih mengakhiri pelarian panjangnya.

Tribun Jogja berkesempatan untuk menemui langsung 'pemeran utama' dalam film dokumenter itu, yakni Hadi Masykur, dalam penayangan terbatas di kawasan Sagan, Kota Yogya, Jumat (7/4/2023) sore.

Baca juga: Lapas Lamongan Terima Pelimpahan Napiter dari Rutan Mako Brimob

Dikisahkan, saat ia menjabat sebagai Sekretaris Pemimpin Neo JI, Para Wijayanto ditangkap oleh Densus 88 Antiteror di Bekasi, Jawa Barat, pada 29 Juni 2019 setelah buron sejak 2003.

Penangkapan sang imam organisasi membuat Hadi harus meninggalkan rumah beserta keluarganya karena dirinya memegang seluruh data terkait Neo JI.

"SOP-nya seperti itu, kalau Pak Para tertangkap, ya, saya harus keluar dari rumah. Selama masa pelarian, semua data saya serahkan kepada sekretaris dua supaya diamankan waktu itu," kata dia.

Selama tujuh bulan Hadi meninggalkan kediamannya di Ungaran, Semarang, Jawa Tengah, serta meninggalkan ibunda tercinta, beserta istri dan anak-anaknya.

Dalam pelariannya, Hadi beberapa kali menemui keluarganya. Namun, saat itu sang ibunda jatuh sakit dan harus menjalani perawatan di salah satu klinik.

Baca juga: Cara Ali Fauzi Ajak Napiter-Eks Napiter Kembali Akui NKRI

"Saya sempat ke Bekasi, Salatiga, Purwodadi, Batang dan Demak, masing-masing antara satu atau dua bulan saya bertahan di sana. Tapi, runtuhnya ketika ibu saya sakit. Saya mulai terfikir, bagaimanapun rida Allah itu rida orangtua," urainya.

"Akhirnya tidak lama setelah itu, saya pulang dan saya tertangkap, di rumah, di Ungaran. Ibu saya sama sekali tidak tahu, soal keterlibatan di Neo JI," imbuh Hadi.

Dalam fim dokumenter tersebut digambarkan betapa terkejutnya sang ibunda, Ngatiyah, saat anaknya dicokok Densus 88.

Hadi pun mengatakan bahwa penangkapan itu merupakan harga yang harus ia bayarkan, ketimbang terus-menerus menjalani masa pelarian meninggalkan keluarga tercinta.

"Rata-rata seperti itu juga (tersadar karena faktor keluarga). Selama di penjara, harapan saya cuma bisa kembali melihat senyuman ibu dan membahagiakan istri dan anak-anak, itu saja," cetusnya.

Hadi bercerita, sebelumnya ia adalah orang yang selalu merasa di jalan yang benar. Dari hal tersebut, ia pun mendapatkan pembenaran dalam membela yang ia yakini.

Baca juga: Cerita Anak Napiter, Sejak Kecil Mengaku Tak Pernah Rasakan Bangku Sekolah Formal

Selama 20 menit penayangan Kembali ke Titik dikisahkan proses Hadi bisa kembali tergerak untuk pulang ke rumah dan membersamai keluarganya.

Diceritakan pula, perjuangan sang ibu Ngatiyah, serta istri Hadi, Siti Djawariyah atau Titik, dalam bertahan hidup tanpa adanya sosok kepala keluarga sebagai pencari nafkah utama.

"Bahkan saking merasa benarnya itu, saya sampai menomorduakan keluarga, terutama ibu kandung saya sendiri, mertua, dan tentu istri dan anak-anak saya," ucap Hadi, yang 20 tahun aktif di Neo JI.

Sementara itu, produser Kembali ke Titik, Noor Huda Ismail, mengungkapkan, dirinya tergerak mengangkat sosok Hadi Masykur setelah mewawancari mantan Pemimpin Neo JI Para Wijaya di dalam penjara.

Kala itu, dirinya mengaku terkejut ketika dibeberkan fakta masih ada ribuan kader Neo JI yang aktif dan terus bergerak di berbagai daerah di Indonesia.

Baca juga: Cerita Eks Napiter di Dompu, Anaknya Sempat Ditolak Sekolah, Kini Hidup Rukun Berdampingan dengan Warga

"Saya kaget, ternyata anggota aktifnya masih sekitar 7.000. Saya berpikir, tidak mungkin sebanyak itu harus ditangkap semua, harus ada cara lain. Karena boros anggaran juga buat negara," jelasnya.

Alhasil, Huda pun memilih cara lain lewat jalur film, yang di dalamnya menonjolkan peran dan penderitaan keluarga yang ditinggalkan lantaran harus menjalani pelarian atau tertangkap dengan label teroris.

Faktor kedekatan dengan keluarga, terutama ibu, istri, dan anak, diyakininya menjadi jalan pertobatan yang tepat untuk para anggota jaringan organisasi teroris.

"Maka, peran keluarga harus didorong. Harapannya, film ini bisa di-getok tular supaya orang-orang yang terlibat di organisasi itu tidak harus ditangkap semua. Mereka semua punya ibu, punya istri, mereka pasti luluh sama orang-orang terdekatnya," ujar dia.

Baca juga: Napiter Asal Kudus Bebas Bersyarat dari Lapas IIB Tuban

"Apalagi banyak juga yang sebenarnya sudah sadar, tapi bingung cara melepaskan dirinya. Nah, sekarang sudah ada contoh dari Mas Hadi, ini bisa ditiru. Toh, keinginan berbakti pada ibu dan keluarga itu, kan, tidak bisa disalahkan," urai Huda.

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kisah Eks Napiter Sekretaris Neo Jamaah Islamiyah, Akhiri Masa Pelarian Demi Sang Ibunda

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Regional
Kembalikan Formulir di PDI-P, 3 Pendaftar Penjaringan Pilkada Kabupaten Semarang Bertemu

Kembalikan Formulir di PDI-P, 3 Pendaftar Penjaringan Pilkada Kabupaten Semarang Bertemu

Regional
Sempat Tak Sadarkan Diri, Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur Sadar Usai Operasi Otak

Sempat Tak Sadarkan Diri, Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur Sadar Usai Operasi Otak

Regional
BMKG Prediksi Sumbar Hujan Lebat, Masyarakat Diimbau Perhatikan Peringatan Dini

BMKG Prediksi Sumbar Hujan Lebat, Masyarakat Diimbau Perhatikan Peringatan Dini

Regional
Kepiluan Korban Banjir Lahar Dingin, Sawah dan Ladang Berubah Jadi Tumpukan Batu

Kepiluan Korban Banjir Lahar Dingin, Sawah dan Ladang Berubah Jadi Tumpukan Batu

Regional
Mayat Pria yang Ditemukan di Semarang Ternyata Sempat Dikeroyok hingga Tenggelam di Sungai

Mayat Pria yang Ditemukan di Semarang Ternyata Sempat Dikeroyok hingga Tenggelam di Sungai

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Tolak Dipimpin Kades Mantan Napi TPPO, Warga di Lombok Timur Segel Kantor Desa

Tolak Dipimpin Kades Mantan Napi TPPO, Warga di Lombok Timur Segel Kantor Desa

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Dugaan Korupsi Insentif Pajak, 235 Dokumen BPKD Aceh Barat Disita

Dugaan Korupsi Insentif Pajak, 235 Dokumen BPKD Aceh Barat Disita

Regional
Ibu Kandungnya Divonis 8 Bulan Penjara, Norma Risma: Lega tapi Berat

Ibu Kandungnya Divonis 8 Bulan Penjara, Norma Risma: Lega tapi Berat

Regional
Gunung Lewotobi Laki-laki 2 Kali Meletus Pagi Ini, Disertai Gemuruh

Gunung Lewotobi Laki-laki 2 Kali Meletus Pagi Ini, Disertai Gemuruh

Regional
Komplotan Pembobol Rumah di Semarang Pura-pura Jualan Minyak Urut untuk Cari Target

Komplotan Pembobol Rumah di Semarang Pura-pura Jualan Minyak Urut untuk Cari Target

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com