Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pondok Pesantren di Semarang Sembuhkan Belasan Ribu Pecandu Narkoba, Santrinya Anak Kiai hingga ASN

Kompas.com - 06/04/2023, 02:05 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Khairina

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com-Berbeda dengan pesantren pada umumnya, Pondok Pesantren At-Tauhid di Gayamsari, Semarang sengaja didirikan pada 1998 untuk merehabilitasi para pecandu narkoba dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Pengasuh Pondok, Singgih Pradipta Cahya Nugraha menceritakan awalnya almarhum ayahnya memang membangun pondok untuk belajar mengaji.

"Awalnya sih bapak itu cuma pengen buka pondok yang buat ngaji, majelis taklim lah, dan sholawat nabi. Tapi ternyata kok banyak santri yang punya riwayat penyakit kecanduan, dari narkoba, judi, miras, dan sebagainya,” ungkap lelaki yang akrab disapa Gus Dipta tersebut, Selasa (4/4/2023).  

Baca juga: Cerita Gus Tanto, Dirikan Pesantren bagi Preman dan Mantan Napi di Semarang, Pernah Nyaris Dibunuh

Lantaran banyak pihak yang meminta agar anak-anak pecandu narkoba bisa ikut nyantri di sana, pihaknya mengembangkan sejumlah program.

“Pada akhirnya, karena santrinya itu banyak yang kecanduan dan seeking for help (mencari bantuan) biar bisa sembuh, maka tahun 2004 itu diresmikan wali kota sebagai pondok rehabilitasi," terangnya.

Sejak dahulu, ponpes itu menerima santri dari seluruh Indonesia. Gus Dipta bahkan mengaku bila kebanyakan santrinya justru datang dari luar Semarang.

“Usianya macam-macam, mulai dari 15-45 tahun. Kalau dihitung dari tahun 98 mungkin sekitar 14.000 yang sudah lulus dan berhasil sembuh,” tuturnya.

Sementara saat ini ada 30 santri yang bermukim di pesantren, sebanyak 27 santri laki-laki dan 3 santri perempuan. Dalam proses rehabilitasi pun santri dibagi tiga kelas.

"Ada tiga kelas. Bagi pengguna yang menggunakan narkoba golongan 1 dimasukkan ke kelas 1 dengan terapi sesuai kebutuhannya, begitu seterusnya. jadi per kamar itu berbeda, meski kegiatan itu sama, tapi terapi dan pendampingnya berbeda. Yang paling parah itu kelas 1 (golongan zat paling tinggi, sabu, ganja)," paparnya.

Baca juga: Ramadhan 2023 di Masjid Agung Karawang, dari Pesantren Milenial hingga Talkshow Mahasiswa

Dijelaskan, pasien atau santri terbanyak dari kalangan remaja karena mereka cenderung mudah terjerumus dalam pergaulan bebas di masa lalunya.

Meski begitu, sebagian santri juga merupakan kalangan dewasa usia rumah tangga. Biasanya mereka menggunakan narkoba karena masalah keluarga.

“Ada salah satu santri yang putra Habib ikut rawat jalan di sini. Aslinya enggak ada masalah, keluarga semuanya baik, hanya terjerumus salah pergaulan saat kuliah,” katanya.

Sekitar sejumlah terapis menjadwalkan sesi konseling bagi setiap santri di sana. Tak terkecuali bagi mereka yang rawat jalan atau santri kalong. Semua mendapatkan pelayanan yang sama untuk rehabilitasi.

Di samping itu, ia juga menangani seorang ASN berasal dari Tegal yang telah berkeluarga dan memiliki anak. Lelaki berinisial D (40) itu sebelumnya pernah menjalani rehabilitasi di RSJ Tegal dan Pati, tapi beum berhasil sembuh.

“Ternyata setelah screening bukan hanya pecandu narkoba, tapi pengguna ilmu hitam, ada faktor gaib, makanya sering ngamuk di sini,” katanya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Terbukti Berzina, Mantan Suami dan Ibu Norma Risma Divonis 9 dan 8 Bulan Penjara

Terbukti Berzina, Mantan Suami dan Ibu Norma Risma Divonis 9 dan 8 Bulan Penjara

Regional
DBD Merebak, 34 Warga Sumsel Meninggal Dunia

DBD Merebak, 34 Warga Sumsel Meninggal Dunia

Regional
Pekan Sawit 2024 di ATI Padang, Menperin Fokuskan Kebijakan Hilirisasi

Pekan Sawit 2024 di ATI Padang, Menperin Fokuskan Kebijakan Hilirisasi

Regional
Jaringan Pengiriman Motor Bodong ke Vietnam Dibongkar, Pelakunya Warga Demak

Jaringan Pengiriman Motor Bodong ke Vietnam Dibongkar, Pelakunya Warga Demak

Regional
Pemkab Aceh Barat Bangun 600 Jamban untuk Warga Miskin

Pemkab Aceh Barat Bangun 600 Jamban untuk Warga Miskin

Regional
8 Orang Meninggal akibat DBD di Solo, Mengapa Kasusnya Masih Tinggi?

8 Orang Meninggal akibat DBD di Solo, Mengapa Kasusnya Masih Tinggi?

Regional
Balita 7 Bulan di Bima Jadi Korban Penculikan

Balita 7 Bulan di Bima Jadi Korban Penculikan

Regional
Aturan Baru PPDB SMP di Banyumas 2024, Tak Boleh Lagi Numpang KK

Aturan Baru PPDB SMP di Banyumas 2024, Tak Boleh Lagi Numpang KK

Regional
Kurir Sabu 2,5 Kilogram Ditangkap di Magelang, Buron dari Jaringan Aceh-Jawa

Kurir Sabu 2,5 Kilogram Ditangkap di Magelang, Buron dari Jaringan Aceh-Jawa

Regional
16 Pekerja Migran Nonprosedural Terdampar di Pulau Kosong Nongsa

16 Pekerja Migran Nonprosedural Terdampar di Pulau Kosong Nongsa

Regional
Jokowi: Harus Relokasi, Tak Mungkin Pembangunan di Jalur Bahaya Marapi

Jokowi: Harus Relokasi, Tak Mungkin Pembangunan di Jalur Bahaya Marapi

Regional
Sopir Mobil yang Terbakar di Banyumas Masih Misterius, Sempat Terekam Berjalan Santai Menjauhi TKP

Sopir Mobil yang Terbakar di Banyumas Masih Misterius, Sempat Terekam Berjalan Santai Menjauhi TKP

Regional
Pemkab Kediri Alokasikan Dana Hibah Rp 5 Miliar, Mas Dhito: Komitmen Tuntaskan PTSL

Pemkab Kediri Alokasikan Dana Hibah Rp 5 Miliar, Mas Dhito: Komitmen Tuntaskan PTSL

Regional
Kunjungi Korban Banjir Lahar Dingin di Sumbar, Jokowi Bagikan Sembako

Kunjungi Korban Banjir Lahar Dingin di Sumbar, Jokowi Bagikan Sembako

Regional
Masuk Musim Kemarau, 80 KK di Semarang Kekurangan Air Bersih

Masuk Musim Kemarau, 80 KK di Semarang Kekurangan Air Bersih

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com