Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari-hari Panjang Gamaria P Monoarfa, Dokter Gigi Berantas Stunting di Gorontalo

Kompas.com - 05/04/2023, 04:54 WIB
Rosyid A Azhar ,
Khairina

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Saat mengetahui angka tengkes di Provinsi Gorontalo mencapai 29 persen, hati drg Gamaria Purnamawati Monoarfa SpKGA luluh dan bersedih.

Gamaria Monoarfa adalah Ketua Tim Penggerak PKK, ia mendampingi suaminya Hamka Hendra Noer yang baru dilantik Mendagri sebagai Penjabat Gubernur Gorontalo pada 12 Juni 2022.

Gamaria Monoarfa yang berlatar belakang profesi dokter gigi anak sangat trenyuh, ia harus berkejaran dengan waktu yang sangat singkat. Di banyak desa ditemukan angka tengkes yang tinggi.

Baca juga: Cerita Balita Kembar di Makassar yang Mengalami Stunting, Kurang Asupan Gizi

Ia mengungkapkan data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 di Kabupaten dan Kota di Provinsi Gorontao mengungkap penderita tengkes di Kabupaten Boalemo mencapai 29,8 persen, Kabupaten Gorontalo 28,3 persen, Kabupaten Pohuwato 34,6 persen, Kabupaten Bone Bolango 25,1 persen, Kabupaten Gorontalo Utara 29,5 persen, Kota Gorontalo 26,5 persen. Total rata-rata untuk Provinsi Gorontalo mencapai 29 persen.

Pada tahun 2022 pemerintah mengeluarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) hasilnya untuk Kabupaten Boalemo angka tengkes adalah 29,9 persen, Kabupaten Gorontalo 30,8 persen, Kabupaten Pohuwato 6,4 persen, Kabupaten Bone Bolango 22,3 persen, Kabupaten Gorontalo Utara 29,3 persen, Kota Gorontalo 19,1 persen. Total untuk Provinsi Gorontalo adalah 23,8 persen.

Di tahun 2022 juga Pemerintah dan PKK Provinsi Gorontalo mengeluarkan data prevalensi tengkes. Untuk Kabupaten Pohuwato sebesar 6,4 persen, Kabupaten Boalemo 29,9 persen, Kabupaten Gorontalo 30,8 persen, Kabupaten Gorontalo Utara 29,3 persen, Kota Gorontalo 19,1 persen dan Kabupaten Bone Bolango 22,3 persen. Secara agregat prevalensi di Provinsi Gorontalo sebesar 23,8 persen, masih jauh dari target nasional yang 14 persen.

Hanya Kabupaten Pohuwato yang  masuk zona hijau, Kota Gorontalo kuning, Bone Bolango merah dan 3 kabupaten masuk zona hitam prevalensi tengkes adalah Boalemo, Gorontalo dan Gorontalo Utara.

“Saat awal saya bertugas di sini sempat kaget, angka tengkes cukup tinggi, 29 persen. Di atas angka nasional yang 24 persen,” kata Gamaria Monoarfa, Sabtu (1/4/2023).

Baca juga: Gibran Targetkan 2024 Solo Bebas Stunting

Gamaria Monoarfa bersedih, ia seorang dokter yang memahami masalah kesehatan ini. Ia tidak bisa membayangkan masa depan Gorontalo jika masih banyak ditemukan penderita tengkes. Baginya mengatasi masalah tengkes yang berada di hadapannya adalah mengatasi masalah masa depan Gorontalo, yang juga masa depan Indonesia.

Menurutnya penderita tengkes harus diselamatkan, mereka tidak boleh menjadi generasi yang berkemampuan kognitif rendah dan berisiko tinggi mengalami berbagai penyakit yang pada masanya akan menjadi masalah. Selain itu mereka tidak akan mampu memiliki daya saing sebagai anak bangsa.

Ia menjelaskan masa pertumbuhan anak 0-2 tahun merupakan masa pertumbuhan otak anak hingga 80 persen, sementara usia 2-5 tahun harus mengejar masa pertumbuhan otak hanya 20 persen untuk mencapai otak yang sempurna.

Tengkes itu disebabkan oleh malnutrisi kronis atau kekurangan nutrisi yang berulang kali, menyebabkan weight  faltering atau berat badan anak yang tidak mengalami kenaikan selama dua-tiga bulan. Jika 2-3 bulan berat anak tidak naik, kita harus curiga karena ini mengarah ke tengkes,” ucap Gamaria Monoarfa.

Berdasarkan data semester 1 tahun 2022 dari 88.332 balita di Provinsi Gorontalo terdapat 7.129 balita yang tidak naik timbangannnya, selain itu dari 13.827 ibu hamil terdapat 1.093 yang merupakan ibu hamil kekurangan energi kronis (Bumil KEK), bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 45 persen.

Gamaria Monoarfa pun turun langsung ke desa dan wilayah kota yang terdapat pengidap tengkes, menyaksikan bagaimana kehidupan sosial dan daya dukung lingkungannya.

“Kami turun langsung ke pelosok untuk melakukan intervensi, sampai kapanpun masalah tengkes tidak bisa diselesaikan dengan sosialisasi dari ruangan ke ruangan,” kata Gamaria Monoarfa.

Gamaria mengungkapkan selama ini banyak penanganan tengkes yang dilakukan oleh para pihak terkait namun sebatas sosialisasi dan edukasi di pertemuan-pertemuan.

Menurutnya, harus ada intervensi di lapangan, apa yang menjadi kebutuhan penderita dan keluarganya harus dipenuhi.

One day one egg

Dua desa di Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara dimasuki, Desa Ibarat dan Hiyalo Oyile. Keduanya menjadi pilot project penanganan tengkes di Provinsi Gorontalo dengan program one egg one day atau sebutir telur untuk dikonsumsi anak tengkes setiap harinya.

Di desa ini juga diserahkan bantuan satu antropometri kit, susu anak tengkes, susu ibu hamil, susu ibu menyusui, dan suplemen tambah darah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com