Tak hanya itu, masyarakat di Kelurahan Nunbaun Sabu, membuat program khusus untuk penanganan stunting dengan mengumpulkan uang Rp 2.000 per kepala keluarga.
Baca juga: 700 Ibu Hamil di Balikpapan Berpotensi Tinggi Melahirkan Anak Stunting
Uang yang terkumpul itu, diserahkan kepada sejumlah kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan digunakan untuk mengolah makanan untuk didistribusikan kepada anak-anak stunting di Kelurahan Nunbaun Sabu.
"Kami memang sangat terbantu dengan bantuan itu, tapi cucu saya ini tidak suka minum susu dan biskuit, sehingga kalau bisa dibuatkan makanan saja supaya bisa makan," kata Daniati.
Daniati berharap, bantuan dari pemerintah itu berlangsung secara rutin, sehingga bisa membantu mengurangi beban hidup mereka.
"Kalau stunting yang terjadi dengan cucu kami ini, kami hanya pasrah saja, karena kondisi kami seperti ini," ujar dia.
Petugas Gizi Puskesmas Alak, Selviana Rotu Ludji, mengatakan, di wilayah Kecamatan Alak tercatat ada 496 anak yang mengalami stunting..
Khusus di Kelurahan Nunbaun Sabu, terdapat 37 anak termasuk KS.
"Angka stunting kita terus menurun karena banyak pihak yang memberikan perhatian. Sebenarnya banyak anak yang sudah tak lagi stunting sehingga mengurangi angka itu," ujar Selviana saat ditemui di Puskesmas Alak.
Menurut Selviana, kenaikan berat badan atau tinggi badan tidak serta merta langsung menjadi penyebab stunting. Ada faktor seperti penyakit penyerta atau intervensi pemberian makanan tambahan.
"Untuk pemberian makanan tambahan, berarti kita hanya menambah yang kurang. Sehingga untuk menaikan secara signifikan tinggi badan tidak serta merta langsung. Cuma selama ini kita cukup banyak berkontribusi, dimulai dengan edukasi," ungkapnya.
Baca juga: Perjuangan Nakes di Labuan Bajo Perangi Tengkes, Dilatih di Stunting Center dan Terjun Melawan Mitos
Karena kata dia, penurunan angka stunting dimulai dari tindakan pencegahan.
Untuk pencegahan, pihaknya bekerja sama dengan instansi terkait lainnya melalui edukasi dan penyuluhan terhadap calon pengantin.
Sehingga, ketika masuk dalam masa kehamilan akan dikawal. Edukasi pada ibu hamil pun ditingkatkan melalui kelas ibu hamil, termasuk juga kelas balita.
"Kita mulai banyak edukasi contohnya dari 1.000 hari pertama kehidupan. Bahkan kita memberi penyuluhan saat di Posyandu, tentang bagaimana pemberian makanan yang baik pada bayi dan anak. Dan juga konseling gizi yang kita buka di Puskesmas maupun pada saat di Posyandu,"kata dia.
Penjabat Wali Kota Kupang George Hadjoh, mengatakan, masalah stunting di kota Kupang ditangani dengan sejumlah cara. Satu di antaranya melalui pola orangtua asuh.
Orangtua asuh kata dia, tidak hanya pemerintah, tapi masyarakat yang mampu, perbankan maupun pengusaha dan pihak terkait lainnya.
Baca juga: Jadwal Shalat Kupang Selama Ramadhan 2023
"Ini yang kita dorong untuk percepatan penangan stunting bisa lebih cepat," kata George, saat wawancarai Kompas.com di Kantor Kelurahan Bakunase II.
George menjelaskan, saat ini Kota Kupang terdapat 2.860 anak yang stunting atau 19 persen. Angka itu menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Data stunting pada bulan timbang Agustus 2022 sebesar 21,5 persen, atau 5.497 anak, turun dari bulan timbang Agustus 2021 sebesar 26,1 persen atau 3.068 anak.
Secara jumlah mengalami peningkatan, namun persentasenya menurun. Hal itu, karena banyak orangtua yang tidak membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang.
Sedangkan di tahun 2022, persentase pengukuran anak sangat tinggi dan naik drastis di bulan timbang Februari 2023.
Persentase timbang bulan Februari 2023 mencapai 93 persen atau 25.000 lebih anak dari 27.000 lebih anak di Kota Kupang.
"Ini yang kita sedang pacu sehingga kita harapkan pada bulan timbang di bulan Agustus 2023 ini bisa turun lebih banyak karena penanganannya sudah berbeda," kata George.
Bahkan kata dia, ada Kecamatan di Kota Kupang yang menggunakan gerakan Rp 2.000 untuk penanganan stunting.