Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus DBD di Sumbawa Capai 207 Kasus, Didominasi Usia Anak

Kompas.com - 29/03/2023, 14:43 WIB

SUMBAWA, KOMPAS.com - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), mencapai 207 kasus, terhitung sejak Januari 2023.

Rinciannya, pada Januari tercatat 86 kasus, Februari 68 kasus, dan Maret 54 kasus. Belum ada kasus meninggal akibat penyakit tersebut.

Rata-rata, penderita didominasi usia anak. Salah satu faktor karena permukiman padat penduduk dan perilaku masyarakat membuang sampah plastik sembarangan.

"Jangan buang sampah sembarangan karena bisa jadi tempat bersarang nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah," kata Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa, Sarip Hidayat saat dikonfirmasi, Rabu (29/3/2023).

Baca juga: Banyak Pohon Tumbang, Penyaluran Bantuan Korban Kebakaran di Sumbawa Sempat Terkendala

Sarip mengatakan, kasus tertinggi didominasi anak tercatat di Kecamatan Sumbawa sebanyak 35 persen, tersebar di Kelurahan Brang Biji, Seketeng, Lempeh, Brang Bara. Selanjutnya, Kecamatan Labuan Badas dan Unter Iwes.

"Kami sudah lakukan fogging di beberapa titik," sebut Sarip.

Baca juga: 3 Rumah di Sumbawa Hangus Terbakar, Api Cepat Menyebar karena Lokasi Sulit Diakses Mobil Damkar

Pihaknya mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan menerapkan 3M plus.

Menurutnya, DBD ini penyakit berbasis lingkungan. Genangan air dapat menyebabkan berkembangnya jentik nyamuk Aedes aegypti.

"Pada bulan Maret ini intensitas hujan berkurang, bisa satu minggu baru hujan lagi dan jadi penyebab berkembang nyamuk," jelas Sarip.

Berbeda dengan ketika hujan tiap hari, air akan selalu mengalir dan jentik tidak bisa berkembang.

"Upaya yang sudah kami lakukan dengan penerbitan surat edaran bupati untuk pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan masyarakat melalui 3M plus," jelas Sarip.

Selain itu, penguatan layanan promosi kesehatan melalui Puskesmas Keliling juga dimasifkan untuk edukasi pemberantasan sarang nyamuk.

"Kalau tidak ada tempat berkembang nyamuk, maka tidak ada kasus. Kami harap orangtua segera membawa anak ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala," pungkas Sarip.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Pedagang di Alun-alun Halmahera Utara Diduga Ditarik Pungli Rp 500.000 Per Bulan, Kejari Selidiki

Pedagang di Alun-alun Halmahera Utara Diduga Ditarik Pungli Rp 500.000 Per Bulan, Kejari Selidiki

Regional
Remaja di Parimo Sulteng Diperkosa 11 Pria, Begini Permintaan Kak Seto ke 'Medsos'

Remaja di Parimo Sulteng Diperkosa 11 Pria, Begini Permintaan Kak Seto ke "Medsos"

Regional
Tak Berdinas 57 Hari, Bripka Andry yang Setor ke Atasan Rp 650 Juta Jadi DPO

Tak Berdinas 57 Hari, Bripka Andry yang Setor ke Atasan Rp 650 Juta Jadi DPO

Regional
PT RPSL Dituding Rusak Lingkungan, Pemkot Jambi Bantah Ada Alih Fungsi Perusahaan

PT RPSL Dituding Rusak Lingkungan, Pemkot Jambi Bantah Ada Alih Fungsi Perusahaan

Regional
Polisi Tangkap Penjagal 'Owie', Anjing yang Mati Diracun Lalu Dagingnya Dijual di Magelang

Polisi Tangkap Penjagal "Owie", Anjing yang Mati Diracun Lalu Dagingnya Dijual di Magelang

Regional
3 Tersangka Korupsi Proyek Jalan TWA Gunung Tunak Lombok Tengah Ditahan

3 Tersangka Korupsi Proyek Jalan TWA Gunung Tunak Lombok Tengah Ditahan

Regional
Selain Ikut 'Ngojek' sejak Usia 3 Tahun, Lana dan Ayahnya Kerap Pindah Kos karena Tak Bisa Bayar

Selain Ikut "Ngojek" sejak Usia 3 Tahun, Lana dan Ayahnya Kerap Pindah Kos karena Tak Bisa Bayar

Regional
Pantai Dato Majene: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Pantai Dato Majene: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Disebut Cawapres Terkuat Ganjar, Sandiaga Beri Jawaban...

Disebut Cawapres Terkuat Ganjar, Sandiaga Beri Jawaban...

Regional
NTT Darurat TPPO, Warga Diminta Waspada Penipuan Modus Kerja di Luar Negeri

NTT Darurat TPPO, Warga Diminta Waspada Penipuan Modus Kerja di Luar Negeri

Regional
Penambang Minyak di Blora Pertanyakan Nasib Sumur yang Digaris Polisi

Penambang Minyak di Blora Pertanyakan Nasib Sumur yang Digaris Polisi

Regional
Beredar Video Mesum di Konawe, Jubir Sebuah Perusahaan Tambang Klarifikasi ke Polisi Bukan Dirinya

Beredar Video Mesum di Konawe, Jubir Sebuah Perusahaan Tambang Klarifikasi ke Polisi Bukan Dirinya

Regional
Tepergok Warga Cubit Anaknya Agar Menangis, Pengemis di Padang Diamankan Satpol PP

Tepergok Warga Cubit Anaknya Agar Menangis, Pengemis di Padang Diamankan Satpol PP

Regional
Sandiaga Selesaikan Ospek Masuk PPP di Ponpes Al Itqon Semarang

Sandiaga Selesaikan Ospek Masuk PPP di Ponpes Al Itqon Semarang

Regional
Tangis Haru Ibu dan Anak Korban TPPO di Suriah Usai Pulang ke Cianjur

Tangis Haru Ibu dan Anak Korban TPPO di Suriah Usai Pulang ke Cianjur

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com