Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kuli Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, Tak Sekadar Profesi, Jadi Solusi dari Potensi Kriminal

Kompas.com - 17/03/2023, 16:30 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Tapi ternyata, banyak dari mereka datang ke pelabuhan untuk memohon bisa menjadi buruh.
"Banyak sekali deportan mau kerja buruh, tapi kita ini sudah cukup banyak orang. Paling kita lihat saja, bagaimana sifatnya, baru saya berani ambil dia untuk dipekerjakan," kata Rahman.

Salah satu eks deportan yang bekerja di bawah tanggung jawab Rahman, Suparman (27), mengatakan, ia memilih tinggal di Nunukan karena tidak punya tujuan.

Semua keluarganya ada di Malaysia dan tinggal di mes perkebunan. Ia pun lahir di tengah kebun kelapa sawit.

Baca juga: Cerita Damir, Kuli Panggul Padi di Lombok Tengah, Pernah Keseleo karena Pematang Sawah Licin

Suparman bercerita kalau ia ditangkap Polis Malaysia saat keluar kebun dan berjalan di pinggir kota Keningau pada 2016 silam.

"Kena tangkap karena tidak ada punya dokumen. Saya lama menganggur dan memilih jual air mineral setiap kapal singgah di Tunon Taka. Tapi setiap kali saya perhatikan buruh, saya lihat kerja mereka, saya berusaha menjadi buruh saja," kata Suparman.

Cukup lama Suparman mencoba mendaftar sebagai buruh resmi, namun ternyata tidak semudah yang ia pikirkan. Ia pun bersabar dengan menjadi buruh lepas.

Para buruh di Tunon Taka, masing-masing terbagi dalam kelompok dengan mandor yang berbeda. Masing-masing mandor juga memiliki syarat dan kriteria berbeda pula dalam merekrut bawahannya.

"Saya mulai resmi jadi buruh itu 2020, saya bersyukur karena dengan menjadi buruh, saya bisa punya uang dan sedikit-sedikit menabung," katanya.

Baca juga: 42 Tahun Jadi Kuli Panggul di Pasar Legi Solo, Sukiyem Pernah Dibayar Rp 100 hingga Pulang dengan Tangan Kosong

Kini, dalam seminggu ia bisa berpenghasilan bersih Rp 1 juta. Angka ini di luar uang yang dihasilkan dari kerja sampingan.

Dari profesinya, Suparman bisa mengajak kencan gadis yang ditaksirnya sampai kemudian menikah dengan adat Bugis sebagaimana asal suku aslinya.

Menikah dengan adat Bugis, kata Suparman, butuh panaik tidak murah. Tapi dari hasil kerjanya, ia mampu memenuhi sarat tersebut dan mempersunting kekasihnya.

"Saya tidak punya tujuan di Indonesia karena semua keluarga ada di kamp Malaysia sana. Makanya saya memutuskan hidup di Nunukan dan berkeluarga saja. Kalau dipikir-pikir, gaji dan penghasilan saya jadi buruh dengan kerja sawit sama saja. Lebih tenang dan enak kerja di negara sendiri ketimbang di negara tetangga tapi dikejar petugas karena ilegal," katanya berkelakar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Sedang

Regional
Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com