KOMPAS.com - Kuli panggul disebut memiliki peran penting dalam aktivitas pasar tradisional.
Hal itu disampaikan sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono.
Drajat berpandangan, salah satu keberhasilan pasar tradisional merupakan buah kontribusi dari kuli panggul.
Drajat mengatakan, kuli panggul memiliki hubungan sosial atau keterikatan dengan pasar.
"Di pasar tradisional atau pelabuhan, jasa mereka masih dibutuhkan," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/3/2023).
Baca juga: Kisah Wagiyem Jadi Kuli Panggul di Solo, Angkat Barang 80 Kg Dapat Upah 10.000
Meski memiliki peran signifikan bagi pasar, Drajat menilai bahwa kuli panggul menjadi salah satu unsur yang lemah dalam kehidupan pasar. Sebagai pekerja kasar, peluang mereka untuk mengalami mobilitas vertikal kecil.
Ada dua hal yang menyebabkan kecilnya peluang kuli panggul untuk melakukan mobilitas vertikal.
Pertama, kuli panggul merupakan tenaga kerja tidak terampil atau unskilled. Faktor lainnya adalah kuli panggul tidak memiliki akses peningkatan keterampilan.
"Mereka tidak bisa akses pada pelatihan sertifikasi. Ditambah lagi, mereka mengalami keterampasan akses kekuatan kepada hal-hal yang bisa meningkatkan skill dan modal," ucapnya.
Drajat menuturkan, fenomena gaya hidup mewah pejabat, yang akhir-akhir ini disorot, menjadi ironi tersendiri bila dibandingkan dengan kondisi sosial kuli panggul.
Ia menyampaikan, ketimpangan sosial sangat kentara dari fenomena itu. Sewaktu kuli panggul berjuang mencukupi kebutuhan, justru di tempat lain, pejabat-pejabat memamerkan kehidupan mewah.
"Sepanjang yang saya tahu, mereka dibayar per angkutan, bukan itungan UMR. Tidak ada kepastian pendapatan dalam pekerjaan mereka. Ini menjadi kesenjangan sosial," tuturnya.
"Indonesia mengalami pemusatan kekayaan pada sekelompok orang. Ini struktur yang sangat timpang. Ibaratnya, kuli panggul cuma bisa melihat hal tersebut," imbuhnya.
Apalagi, dengan adanya ekspansi pasar modern, keberadaan kuli panggul dikhawatirkan terancam.
"Proses distribusi barang dan loading barang di pasar modern kan berbeda dengan pasar tradisional, itu menjadikan jasa mereka tidak diperlukan lagi," terangnya.
Melihat kondisi tersebut, Drajat berharap agar pihak-pihak memperhatikan perlindungan atau jaminan sosial bagi buruh di pasar, salah satunya dengan membuatkan asuransi ketenagakerjaan.
Baca juga: Wagiyem Mundur dari Pabrik dan Jadi Kuli Panggul meski Upah Rp 10.000 demi Urus Keluarga
"Harus ada yang ikut bertanggung jawab, seperti paguyuban pasar, lurah, atau bahkan pemerintah. Mestinya harus bisa diusahakan karena mau tidak mau, kuli panggul bagian sistem pasar," tandasnya.
"Modalnya mereka kan kekuatan, kekuatan mereka dimanfaatkan dalam pekerjaan mereka. Jangan sampai setelah mereka tak lagi punya kekuatan, lalu ditinggal begitu saja," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.