KOMPAS.com - Warga Desa Singabangsa, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dikejutkan dengan penemuan mayat di dalam sebuah koper, Rabu (15/3/2023) sekitar pukul 07.30 WIB.
Diduga mayat tersebut adalah korban pembunuhan dan mutilasi karena kepala serta kakinya hilang.
Di dalam koper tersebut hanya menyisakan dua tangan dan setengah bagian tubuh. Saat ini polisi masih berusaha mengungkap kasus tersebut.
Selain di Bogor, Berikut 4 kasus penemuan mayat dalam koper yang menghebohkan Tanah Air.
Penemuan mayat dalam koper pernah terjadi di Kalo Cinyurup, Kabupaten Bogor pada Santu (2/11/2013).
Korban adalah seorang tukang pijat di Sanctum Plaza Senayan bernama Heny Dewy (77) atau biasa dipanggil Tante Heny.
Saat itu warga Kecamatan Gunung Sindur digegerkan dengan penemuan mayat wanita berkutek merah dalam koper pada 2 November 2012.
Di tubuh korban, petugas menemukan 20 luka tusuk dan masih mengenak kalung dengan bandul.
Baca juga: Mayat Dalam Koper Dibunuh Tukang Pijat
Polisi yang turun tangan langsung mengamankan Suherman alias Tomi (31), warga TK Pembina, Petukangan, Jakarta Selatan.
Pembunuhan berawal saat korban meminta pelaku menginap di kosnya di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.
Namun permintana tersebut ditolak karena sebelumnya korban marah dan melempar botol minyak tawon ke arah pelaku.
Tersinggung karena permintaannya ditolak, Tante Heny berusaha menusuk Suherman dengan pisau buah. Namun tragis, pisau tersebut malah mengenai dirinya sendiri.
Tanpa pikir panjang, Suherman menusuk korban berkali-kali hingga tewas. Ia kemudian menghubungi rekannta, Suwandi dan mengiming-imingi uang Rp 1,2 juta untuk membantu menghilangkan jejak pembunuhan.
Setelah Suwandi datang ke lokasi kejadian, di Jalan MPR Raya No 22, Cilandak, Jakarta Selatan, akhirnya disepakati mayat ditaruh di dalam koper dan dibuang di Bogor.
Baca juga: Identitas Mayat Dalam Koper Merah di Bogor Masih Misterius, Polisi: Tidak Ada CCTV
Korban adalah perempuan asal Chicago, Sheila von Wiese-Mack (62). Mayat Sheila ditemukan dalam koper di sebuah bagasi taksi yang diparkor di St Regis Bali Resort pada Agustus 2014.
Sehari kemudian petuga mengamankan putri korban, Heater Mack (19) yang sedang hamil beberapa minggu dan pacarnya, Tommy Schaefer (21).
Mereka diamankan di sebuah hotel yang berjarak 10 kilometer dari resort tersebut.
Dari rekaman CCTV hotel, pasangan tersebut terekamn sedang berdebat sengit dengan Sheila di lobi hotel sebelium pembunuhan yang diduga terjadi di kamat hotel.
Baca juga: Mayat Turis AS di Koper di Bali Diduga Dibunuh Anaknya Sendiri
Pengadilan Indonesia memvonis Mack dengan hukuman 10 tahun penjara karena membantu Schaefer dalam pembunuhan ibunya dan memasukkan mayatnya.
Sementara Schaefer sendiri menerima hukuman 18 tahun kurungan.
Pada tahun 2016, Robert Bibbs, sepupu Schaefer, mengaku bersalah karena telah membantu merencanakan pembunuhan tersebut dengan imbalan $50.000 yang diharapkan akan diwarisi Mack. Bibbs dijatuhi hukuman sembilan tahun penjara pada tahun berikutnya.
Pada tahun 2021, Heater Mack dibebaskan dan langsung dideportasi ke Amerika Serikat.
Korban diketahui bernama Budi Hartanto (28), warga Keluarahan Tamanan, kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur.
Sembilan hari tepatnya pada Jumat (12/4/2019) kemudian, warga dan petugasn menmukan potongan kepala Budi di sekitar sungai yang ada di wilayah Dusun Plosokerep, Desa Bleber, kecamatan Kras, Kabupaten Kediri.
Lokasi ini berjarak sekitar 12 kilometer dari lokasi penemuan koper berisi tubuh tanpa kepala.
Baca juga: Kronologi Pembunuhan Mayat Dalam Koper dan Peranan Para Tersangka
Dari hasil pemeriksaan, polisi mengamankan dua pelaku pembunuhan AP atau Aris dan AS atau Azis (34).
Motif pembunuhan tersebut adalah masalah asmara sejenis antara pelaku AS dan korban.
Pembunuhan berawal saat Aris dan korban janjian untuk bertemu di warungnya di Jalan Surya Desa Sambi, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri.
Mereka kemudian berhubungan badan. Biasanya usai berhubungan badan, pelaku akan memberikan sejumlah uang kepada korban.
Namun hari itu pelaku sedang tidak membawa uang hingga korban emosi dan marah-marah.
Sementara itu, Azis, teman pelaku yang saat itu juga berada di warung mengingatkan korban untuk tidak tidak gaduh karena waktu sudah malam.
Baca juga: 6 Fakta Kasus Mayat dalam Koper, Pelaku Pinjam Koper Milik Ibu hingga Alasan Korban Dimutilasi
Korban yang emosi kemudian menampar Aziz dan nekat menyerang pelaku dengan parang. Lalu Azis menghindar dan merebut parang dari tangan korban.
Ia kemudian melukai korban berkali-kali dengan parang hingga mengenai punggung dan leher. Korban pun tewas di TKP.
Melihat korban meninggal, AP dan AS pun panik. Mereka lalu berencana membuang korban untuk menghilangkan jejak.
Setelah itu muncul ide untuk memasukkan korban ke dalam koper. Namun karena tidak muat, keduanya lalu memotong leher korban.
Aris kemudian mengambil koper milik ibunya untuk membuang mayat korban. kepada sang ibu, AS beralasan akan menjual koper tersebut.
Baca juga: 5 Fakta Kasus Mayat Dalam Koper, 2 Orang Ditangkap hingga Korban Dibunuh di Warung Kopi
Bahkan untuk meyakinkan sang ibu, Aris pulang dan menyerahkan uang Rp 600.000 yang ia sebut uang hasil penjualan koper.
Belakangan diketahui uang tersebut adalah milik korban.
Koper berisi tubuh korban dibuang di bawah Jembatan Karang Gondang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, pada 3 April 2019 dini hari.
Mayat tersebut dibungkus selimut dan dilapisi plastik hitam. Posisi mayat laki-laki itu melipat lengkap dengan plester yang dililit sekujur tubuhnya sehingga masuk ke dalam koper.
Mayat tersebut pertama kali ditemukan oleh tukang ojek bernama Adang yang melintasi Jalan Curug Bitung menuju Desa Malasari.
Di tengah perjalanan, Adang melihat koper yang begitu mencolok tergeletak di bawah pohon Afrika yang lokasinya jauh dari pemukiman tepatnya di atas jurang hutan pinus.
Polisi menduga korban tewas lebih dari tujuh hari sebelum ditemukan.
Baca juga: Fakta Kasus Penemuan Mayat Dalam Koper di Bogor, Dibungkus dengan Plastik hingga Ditemukan Warga
Hal tersebut terbukti dari wajah yang mengalami pembengkakan hingga membusuk.
Polisi kesulitan mengungkap identitas mayat dalam koper tersebut karena kondisinya rusak dan tak ada satu pun identitas yang melekat walau sudah dicari menggunakan alat lewat data e-KTP.
Empat tahun berlalu, kasus tersebut masih gelap karena polisi belum berhasil mengungkap identitas mayat pria tersebut.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Afdhalul Ikhsan, Dean Pahrevi, Ahmad Faizal, Michael Hangga Wismabrata | Editor : Aprillia Ika, Robertus Belarminus, Abba Gabrillin, Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.