Dia menjelaskan, menurut diagnosa awal, pasien itu mengalami tonsilitis atau peradangan pada dua bantalan jaringan berbentuk oval yang ada di belakang tenggorokan.
"Jika nanti hasil uji lab ke luar dan hasilnya negatif, kita sudah ada upaya antisipasi. Ketika memang hasilnya positif kita juga sudah melakukan upaya pencegahan, karena kita tidak mengharapkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi," katanya.
Difteri adalah penyakit menular disebabkan oleh infeksi Corynebacterium diphteriae, bakteri yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan serta dapat mempengaruhi kulit.
Baca juga: 8 KK di Desa Terdampak Difteri Jalani Isolasi Mandiri, Kades Jamin Situasi Kondusif
Menurut informasi yang disiarkan di laman Kementerian Kesehatan, gejala serangan penyakit itu biasanya berupa terbentuknya lapisan tipis abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel serta sakit tenggorokan, suara serak, batuk, pilek, demam, menggigil, lemas, dan muncul benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening.
Seseorang bisa tertular difteri bila tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin atau menyentuh benda yang sudah terkontaminasi air liur penderita.
Difteri dapat menyerang orang dari segala usia dan berisiko menimbulkan infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.