Sepeninggal Dewata Cengkar, rakyat kemudian menobatkan Aji Saka sebagai raja di Medang Kamolan.
Sementara itu, Dewata Cengkar ternyata tidak mati, namun tubuhnya menjelma menjadi bajul (buaya) putih.
Pada saat Aji Saka memerintah Medang Kamulan, datanglah seekor naga yang mengaku bernama Jaka Linglung yang mengaku sebagai anak Aji Saka.
Namun Aji Saka menolak mengakui Jaka Linglung sebagai anak dan berusaha menyingkirkan sang naga dengan cara yang amat halus.
Aji Saka kemudian mengatakan akan mengakuinya sebagai anak, jika Jaka Linglung berhasil membunuh buaya putih jelmaan Dewata Cengkar di Laut Selatan.
Terdorong keinginan Jaka Linglung untuk diakui sebagai anak, sang naga kemudian menyanggupi permintaan Aji Saka untuk membunuh Dewata Cengkar.
Jaka Linglung juga tidak diperkenankan melalui jalan darat agar tidak mengganggu ketenteraman penduduk dan harus lewat di dalam tanah.
Jaka Linglung pun sampai di Laut Selatan dan berhasil membunuh Dewata Cengkar.
Sebagaimana berangkatnya, Jaka Linglung kembalinya ke Medang Kamulan melalui dalam tanahdan tak lupa membawa seikat rumput grinting wulung dan air laut yang terasa asin.
Beberapa kali Jaka Linglung mencoba muncul ke permukaan tanah karena mengira telah sampai di tempat yang dituju.
Konon kali pertama Jaka Linglung muncul di Desa Ngembak (kini wilayah Kecamatan Kota Purwodadi), kemudian di Jono (Kecamatan Tawangharjo), kemudian di Grabagan, Crewek, dan terakhir di Kuwu (ketiganya masuk Kecamatan Kradenan).
Di tempat Jaka Linglung sempat melepas lelah inilah yang kini diyakini menjadi asal muasal munculnya Bledug Kuwu.
Sumber:
dpad.jogjaprov.go.id
grobogan.go.id
tribunnews.com
travel.kompas.com (Penulis : Kontributor Grobogan, Puthut Dwi Putranto Nugroho)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.