Nasi minyak juga disajikan pada hari-hari besar, seperti saat Idul Fitri, Idul Adha, pernikahan, bulan Ramadhan atau pada acara keagamaan Islam lainnya.
Meskipun pada masa Kesultanan Palembang nasi minyak dianggap makanan bangsawan, saat ini kuliner ini sudah banyak dijual dengan cita rasa yang masih sama seperti zaman dulu.
"Kalau sekarang sudah banyak ya yang jual, orang-orang juga kalau ke Palembang banyak yang mencari nasi minyak," ujarnya.
Baca juga: Ramai soal Nasi Minyak di Surabaya, Ahli Ingatkan Bahaya Kolesterol
Nasi minyak khas Palembang dimasak dengan bumbu dapur mulai dari bawang merah, bawang putih, bawang bombay, ketumbar, dan jahe.
Kemudian bumbu ditumis dengan menggunakan minyak samin, lalu ditambahkan jintan, pala, serai, daun salam, saus tomat, kunyit yang sudah dihaluskan, dan kaldu, dimasak hingga berbau harum.
Setelah itu, bumbu tersebut dituangkan dalam beras lokal dengan ditambahkan susu. Ada juga yang menambahkan kismis atau daging untuk menambhakan tekstur pada nasi.
"Nasi minyak yang sudah masak biasanya akan disajikan dengan cara hidangan, nasi di bagian tengah, kemudian lauknya dalam satu wadah dan bisa dimakan 5-8 orang," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.