Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelenteng Tertua di Yogyakarta Siap Gelar Ibadah Imlek, Tak Ada Pembatasan

Kompas.com - 17/01/2023, 07:01 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Khairina

Tim Redaksi

 

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kelenteng Kwan Tee Kiong atau lebih akrab dikenal Kelenteng Poncowinatan oleh masyarakat Yogyakarta menjadi kelenteng tertua di Kota Gudeg ini.

Tahun 1881, kelenteng ini berdiri, atau tepatnya saat Hamengku Buwono VII bertakhta sebagai Raja Keraton Yogyakarta.

Kelenteng yang berada di Jalan Poncowinatan, Kota Yogyakarta, ini tepatnya berada di  belakang Pasar Kranggan.

Baca juga: Rahasia Sumur Panguripan di Kelenteng Sam Poo Kong yang Masih Disakralkan

Karena dekat dengan kegiatan ekonomi, kawasan kelenteng ini ramai tiap hari, bahkan halaman kelenteng juga digunakan sebagai parkir Pasar Kranggan.

Saat masuk ke dalam ruangan, wangi hio semerbak di seluruh ruangan kelenteng.

Hio digantung di sudut-sudut kelenteng dan diberi wadah berbentuk bundar seperti nampan yang bertujuan untuk wadah abu dari hio.

Hio yang digantung juga berbentuk unik, hio warna merah ini melingkar lingkar hingga berbentuk seperti kerucut.

Dibangun sejak 142 tahun yang lalu, bangunan kelenteng masih kokoh berdiri sampai sekarang.

Arsitekturnya masih asli, kayu-kayu berukuran sebagai tiang penyangga altar masih kokoh berdiri, tak tampak ada paku pada sambungan-sambungan kayu jati.

Walaupun sempat dihantam gempa besar para 2006 silam, kelenteng tetap berdiri kokoh, hanya ada satu pilar yang mengalami pergeseran lebih kurang 1 inci.

Layaknya arsitektur China, di bagian atap kelenteng terdapat ornamen-ornamen naga, bangunan tengah yakni di altar utama didominasi warna merah.

Pada bagian atas altar utama ukiran-ukiran juga masih terawat dengan baik.

"Iya ini dibangun sejak tahun 1881, dan sudah termasuk cagar budaya di Kota Yogyakarta," kata Eka Putra, seorang pengurus kelenteng, saat ditemui Senin (16/1/2023).

Baca juga: Melihat Atraksi Barongsai di Kelenteng Cu An Kiong Lasem Rembang

Kelenteng Poncowinatan memiliki 2 lantai dengan total 18 altar, ada altar utama dengan patung Kwan Tie Koen yang dipercaya sebagai dewa keadilan.

Di sisi samping ruang utama terdapat sumur yang menurut Eka tidak pernah kering dari kelenteng dibangun hingga sekarang.

Kelenteng ini juga biasa digunakan oleh 3 kepercayaan, yaitu Buddha, Konghuchu, dan Taoisme.

"Saat Waisak ada umat Buddha yang mau sembahyang ya monggo," kata dia.

Menjelang Imlek, kelenteng sudah mulai dibersihkan oleh komunitas dan umat yang akan beribadah.

Ibadah Imlek biasanya ramai pada 2 hari sebelum hari raya. Pada saat Imlek, hanya beberapa umat yang beribadah.

"Tahun ini kan Imlek tanggal 22 Januari. Biasanya ramai itu dari tanggal 20, 21, 22, kalau 22 biasanya hanya beberapa saja karena kebanyakan untuk berkumpul dengan keluarga," kata dia.

Saat malam Imlek, umat berdatangan dari berbagai daerah, bagi yang tidak bisa hadir untuk sembahyang atau menyumbang, umat bisa menitip ke pengurus.

"Biasanya kan menyalakan lilin, kalau yang sudah nyumbang dan tidak bisa hadir bisa video call untuk mengetahui langsung kalau lilinnya sudah dinyalakan," katanya.

Kini, Kelenteng Poncowinatan siap untuk menyambut umat yang akan beribadah saat Imlek, mengingat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah dihapus oleh pemerintah pusat.

"Sudah tidak ada pembatasan, mau pakai masker monggo, enggak juga enggak apa-apa," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

301 KK Warga Desa Laingpatehi dan Pumpente di Pulau Ruang Akan Direlokasi, Pemprov Sulut: Mereka Siap

301 KK Warga Desa Laingpatehi dan Pumpente di Pulau Ruang Akan Direlokasi, Pemprov Sulut: Mereka Siap

Regional
Jumlah Siswa Tak Sebanding dengan Sekolah, Mbak Ita Akan Tambah 3 SMP pada 2025

Jumlah Siswa Tak Sebanding dengan Sekolah, Mbak Ita Akan Tambah 3 SMP pada 2025

Regional
Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

Regional
3 Eks Pegawai BP2MI Bandara Soekarno-Hatta Dituntut 1,5 Tahun Penjara

3 Eks Pegawai BP2MI Bandara Soekarno-Hatta Dituntut 1,5 Tahun Penjara

Regional
Saat Keluarga Dokter Wisnu Titip Surat untuk Presiden Jokowi, Minta Bantuan Pencarian

Saat Keluarga Dokter Wisnu Titip Surat untuk Presiden Jokowi, Minta Bantuan Pencarian

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Kejati Sumbar Panggil Bupati Solok Selatan

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Kejati Sumbar Panggil Bupati Solok Selatan

Regional
Mantan Walkot Tangerang Maju sebagai Calon Gubernur Banten

Mantan Walkot Tangerang Maju sebagai Calon Gubernur Banten

Regional
Jumlah Pengangguran di Banten Tertinggi se-Indonesia

Jumlah Pengangguran di Banten Tertinggi se-Indonesia

Regional
Konten Judi 'Online' dan Hoaks Pemilu Terdeteksi, Kapolda Lampung: Akun Palsu Cari Keuntungan Trafik

Konten Judi "Online" dan Hoaks Pemilu Terdeteksi, Kapolda Lampung: Akun Palsu Cari Keuntungan Trafik

Regional
Ditinggal Berkebun, Rumah Warga Kabupaten Semarang Ludes Terbakar

Ditinggal Berkebun, Rumah Warga Kabupaten Semarang Ludes Terbakar

Regional
Jateng Mulai Kemarau Bulan Mei, Pemprov Antisipasi Risiko Kekeringan

Jateng Mulai Kemarau Bulan Mei, Pemprov Antisipasi Risiko Kekeringan

Regional
Tingkatkan Kesejahteraan ASN-Pensiunan, Pemprov Sumut dan Taspen Sosialisasikan Program JKK hingga JKM

Tingkatkan Kesejahteraan ASN-Pensiunan, Pemprov Sumut dan Taspen Sosialisasikan Program JKK hingga JKM

Regional
Guru di Pontianak yang Cabuli Siswinya hingga Hamil Divonis 12 Tahun Penjara

Guru di Pontianak yang Cabuli Siswinya hingga Hamil Divonis 12 Tahun Penjara

Regional
Dukung Bupati Blora, FKDT Siap Laksanakan Program 'Sekolah Sisan Ngaji'

Dukung Bupati Blora, FKDT Siap Laksanakan Program "Sekolah Sisan Ngaji"

Regional
Misteri Kematian Dimas di Kayong Utara, Polisi Pastikan Kecelakaan Tunggal

Misteri Kematian Dimas di Kayong Utara, Polisi Pastikan Kecelakaan Tunggal

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com