Saat konferensi pers di Mapolrestabes Makassar, AD mengaku melakukan pembunuhan karena ingin menjual organ korban ke situs jual beli organ manusia.
Ia tergiur dengan harga penjualan organ manusia yang ada di situs tersebut.
Awalnya, AD masuk ke sebuah situs pencarian asal Rusia bernama Yandex dan mengetikkan harga organ manusia.
Dalam situs itu, AD melihat harga organ manusia dihargai sebesar 80 ribu dollar atau setara Rp 1,2 milliar.
"Ada ginjal, paru-paru juga," ungkap AD yang sudah memakai baju tahanan.
Rencana keduanya pun berujung pada pembunuhan MFD. Korban dibunuh degan cara dicekik dan kepalanya dibenturkan ke tembok.
Setelah membunuh korbn, ternyata tawaran AD tidak ada yang merespons dan ia gagal mendapatkan calon pembeli.
Kedua pelaku merasa kecewa dan langsung membungkus korban. Lalu mayat korban dibawa menggunakan motor oleh kedua pelaku dan dibuang ke bahwa jembatan.
Identitas keduanya diketahui karena terekam CCTV saat menculik korban di halaman minimarket di Kecamatan Panakkukang, Makassar.
Baca juga: Massa Rusak Rumah 2 Remaja Penculik dan Pembunuh Bocah 11 Tahun di Makassar
Tewasnya MFS memberikan duka mendalam bagi keluarga dan kerabatnya. Tetangga korban Samsiah (50) mengaku mengenal dekat MFS.
"Baik sekali itu, anak kasihan. Sopan anaknya, kalau lewat pasti menyapa tante. Begitu juga kalau ada disuruh kan, rajin dia," kenang Samsiah, dikutip dari TribunMakassar.com, Rabu (11/1/2023).
Ia bercerita MFS lahir dan besar di rumah neneknya di Jalan Batua Raya 7, Kecamatan Panakkukan, Makassar.
Di usia 5 tahun, sang ibu menjadi TKW di luar negeri karena faktar ekonomi. MFS pun tinggal dan dirawat sang nenek serta ayahnya, Karmin (32).
Baca juga: Kronologi Pembunuhan Bocah 11 Tahun di Makassar oleh 2 Remaja, Kepala Korban Dibeturkan ke Tembok
Untuk mencukupi kebutuhan anaknya, Karmin bekerja serabutan mulai buruh bangunan hingga penarik bentor.
"Ibunya di Malaysia merantau kasihan, jadi tinggal sama bapaknya di rumah neneknya," imbuh Samsiah.
Meski masih belia, korban membantu perekonomian keluarganya. Ia rela menjadi tukang parkir di sela-sela kegiatan sekolahnya.
Bocah kelas 5 SD ini menjaga parkir di area minimarket dekat rumahnya. Biasanya MFS menjaga parkir mulai dari pulang sekolah hingga malam hari.
Ayah korban, Karmin menjelaskan, MFS bekerja untuk meringankan bebannya sebagai tulang punggung keluarga.
Baca juga: Culik dan Bunuh Bocah 11 Tahun, 2 Remaja di Makassar Ingin Jual Organ Tubuh Korban
"Itu hasil parkirnya dia pakai belanja juga di sekolah itu kasihan," ucap Karmin
Kini pihak keluarga hanya bisa pasrah menerima tewasnya MFS dengan cara memilukan. Secara khusus, keluarga juga meminta kedua pelaku dihukum setimpal.
"Nyawa harus dibayar nyawa. Saya minta Keduanya dihukum berat. Harus juga merasakan apa yang dirasakan MFS," timpal tante korban, Erni (31).
Setelah kasus pembunuhan tersebut terungkap, ratusan warga yang geram dengan perbuatan dua pelaku MF dan AD, mereka mendatangi dan merusak rumah milik pelaku.
Awalnya massa mendatangi rumah orangtua AD di Jalan Batua Raya dan membongkar rumah lantai dua milik keluarga AD.
Saat itu tak ada orang di rumah AD dan diduga penghuni rumah sudah pergi karena rakut diamuk massa.
Setelah membongkar rumah AD, massa mendatangi rumah MF yang ada di Jalan Borong Raya. Rumah MF berdiam di lahan milik Kodam XIV Hasanuddin ini terbuat dari bahan kayu juga ikut dirusak massa.
Seperti keluarga AD, penghuni rumah juga telah mengungsi karena takut amukan massa.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulsi: Hendra Cipto | Editor : Ardi Priyatno Utomo, Khairina, Dita Angga Rusiana), Tribunnews.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.