Oleh sebab itu untuk membinasakannya, tubuh Ragasemangsang harus digantung agar tidak menyentuh tanah.
Peristiwa itu terjadi saat pertarungan antara dua orang sakti yaitu Mbah Ragasemangsang dan Raden Pekih yang meresahkan masyarakat.
Dalam pertarungan tersebut Raden Pekih dikalahkan kalah oleh Mbah Ragasemangsang karena kalah ilmu dan luka parah dalam adu kesaktian sampai akhirnya tewas.
Sementara meski tubuhnya telah dipotong-potong oleh senjata, tubuh Mbah Ragasemangsang akan selalu menyatu kembali setiap menyentuh tanah.
Masyarakat kemudian meyakini jika jasad yang terkubur dalam makam tersebut adalah Mbah Ragasemangsang yang kemudian mengalami kematian tragis dengan digantung di atas pohon.
Tak heran jika nama Ragasemangsang diambil dari bahasa setempat yang secara harfiah memiliki arti ‘tubuh tergantung’.
Selain kisah tersebut, ada pula yang meyakini jika tempat ini merupakan tempat pertapaan Mbah Ragasemangsang.
“Lokasi makam sekarang itu, tempat pertapaan Mbah Ragasemangsang yang lantas dikeramatkan," ungkap Karto.
"Masyarakat masih meyakini cerita-cerita tersebut. Bahkan ada semacam mitos, meskipun letaknya di jalan ramai tetapi jarang sekali ada kecelakaan," lanjutnya.
Meskipun berada di tengah keramaian Kota Purwokerto, nyatanya keberadaan makam ini masih tetap dikeramatkan.
"Masih sering terlihat terkadang para petinggi atau pejabat yang ingin naik jabatan datang kesini lalu masuk kedalam dan tabur bunga” tuturnya.
Menurutnya hal itu dilakukan sebagai etika baik, supaya karir dan pekerjaannya langgeng serta bisa cepat naik jabatan.
"Jika pejabat atau orang penting itu pindah atau keluar dari Banyumas karena naik jabatan, mereka biasanya juga datang lagi untuk bersih-bersih makam dan mengecat ulang makam," tambahnya.
Selain itu, ada juga pedagang yang ingin dagangannya laris sengaja menaburkan bunga dan meletakkan sesajian di tempat ini.
Menurut Karto, orang yang datang dan mengunjungi makam Ragasemangsang justru bukan dari warga sekitar namun berasal dari luar kota seperti Bandung, Tasikmalaya, dan Surabaya.