Sementara dilansir dari unpad.ac.id, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Dr. Elis Suryani Nani Sumarlina, MS mengungkap bahwa keberadaan kolenjer dapat menyanggah anggapan bahwa masyarakat Baduy terbelakang.
Seperti diketahui, masyarakat Baduy di Kanekes sangat memegang teguh adat tradisi, dan kepercayaan sehingga kerap dianggap jauh dari modernisme.
Mereka bahkan kerap dianggap terbelakang karena tidak mengenal huruf dan angka.
Sehingga menurut Elis, penggunaan kolenjer sebagai sistem perhitungan membuktikan masyarakat Baduy sangat mengenal bilangan dan aksara yang dapat dihafal berikut nilainya masing-masing.
Elis menjelaskan, bahwa dari hitungan kolenjer dapat diketahui bahwa pekerjaan, maksud, atau keinginan baik tidaknya suatu hajat dilaksanakan.
Selain itu, dalam kepercayaan masyarakat Baduy setiap orang memiliki hari naas atau sialnya masing-masing, sehingga untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan perhitungan nama orang yang bersangkutan.
Sumber:
kebudayaan.kemdikbud.go.id
unpad.ac.id