Fitri berharap, mini museum tersebut dapat berkembang ke desa-desa pengrajin tenun lainnya yang berada di Pulau Lombok.
Kepala Desa Sukarara, Saman Budi mengungkapkan, dirinya sangat berbangga dengan hadirnya museum di desanya. Dirinya berharap, kehadiran musium tersebut dapat memberikan jangkauan ke pelanggan yang lebih luas.
"Kami sangat berterima kasih kepada para inisiator museum tenun, kami berharap dengan adanya jangkauan pelanggan kami lebih luas baik dari dalam negeri maupun mancanegara," kata Budi.
Budi mengungkapkan, 90 persen warganya merupakan pengrajin tenun.
Baca juga: Mengenal Tahapan dalam Tradisi Merariq Suku Sasak
"90 persen perempuan di desa kami di Sukarara sebagai penenun, kami punya 3.500 KK, 3.200 itu penenun semua," kata Budi.
Ketua Dekranasda Provinsi NTB Niken Saptarini Widyawati menyampaikan apresiasi atas kehadiran museum tenun di Desa Sukarara.
"Ini sebenarnya dibutuhkan para pelanggan atau wisatawan, apa saja produk ungulan kebudayaan kita ditampilkan di platform digital sehingga mereka paham informasi atas kualitas produk kain tenun kita," kata Niken.
Museum tersebut, kata Niken, dapat memberikan wawasan pengetahuan kepada para konsumen sehingga meminimalisir kesalahpahaman atas nilai produk kebudayaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.