Dalam kesempatan itu, Thaher juga mengimbau warga yang terlibat bentrok agar dapat menahan diri dan tidak terprovokasi lagi.
Ia juga meminta kepada pemerintah desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat agar ikut menenangkan warga supaya tidak mau diadu satu sama lain.
“Saya berharap agar mari sama-sama menahan diri dan jangan lagi mudah tersulut emosi dengan isu-isu yang menyesatkan. Mari berpikir positif untuk kembali hidup rukun dan damai,” pintanya.
Baca juga: Gempa M 5,2 Guncang Maluku Barat Daya, Tak Berpotensi Tsunami
Pemkab Maluku Tenggara belum bisa memediasi damai antara kedua belah pihak yang terlibat bentrok. Alasannya, kedua pihak yang terlibat bentrok masih tersulut emosi atas kejadian itu.
Terkait proses mediasi untuk mendamaikan kedua pihak yang terlibat bentrok, ia mengaku akan melibatkan semua pihak sehingga kesepakatan yang dibuat dapat dijalankan dengan baik.
“Apa yang dirasakan masyarakat saat ini juga dirasakan oleh Pemkab, sehingga pemerintah daerah dan pemerintah pusat tidak akan tinggal diam untuk menyelesaikan maslaah ini,” katanya.
Sebelumnya, bentrok warga Desa Elath dan Desa Bombai, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, pecah pada Sabtu (12/11/2022) pagi.
Bentrokan kedua desa ini sendiri dipicu oleh sengketa batas wilayah. Bentrokan bermula saat warga Desa Bombai yang berusaha memasang sasi atau tanda larangan adat di perbatasan Desa Elath. Warga Desa Elath yang tidak terima kemudian melakukan perlawanan hingga akhirnya terjadi bentrokan terbuka.
Selain puluhan korban luka, bentrokan itu juga menyebabkan banyak rumah warga terbakar, termasuk dua bangunan sekolah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.