Semakin banyak kertas diproduksi, maka akan semakin banyak pohon yang harus ditebang.
"Sehingga limbah kotoran hewan ini bisa dijadikan alternatif bahan kertas di masa yang akan datang," ucap Ilham.
Bagi Nabila (13), mengolah kotoran sapi merupakan pengalaman pertama yang sangat menantang sekaligus berkesan.
Betapa tidak, ia dan keempat temannya harus berkubang dengan kotoran di sebuah peternakan sapi di daerah Bunikasih Warungkondang, Cianjur.
Kendati proses pembuatan kertas daur ulang ini terbilang mudah, namun banyak tahapan yang harus dilalui, dan membutuhkan ketelitian serta ketepatan.
“Terutama saat proses pencucian, harus dilakukan secara terus menerus, berulang kali sampai benar-benar bersih,” ucap Nabila.
Baca juga: Wabup Cianjur Datangi Rumah ART yang Dianiaya Saat Kerja di Jakarta
Nabila mengaku, selama prosesnya harus menahan napas untuk mengatasi aroma tak sedap yang menyengat hidung.
“Baunya sesuatu sekali, mata sampai berkaca-kaca,” ujar dia.
Siswi lain, Adhwaa (13) menambahkan, proses pencucian merupakan tahapan untuk memperoleh serat dari limbah kotoran.
Untuk menghilangkan bau, serat yang sebelumnya telah dibersihkan harus direbus sampai berbusa dengan campuran NaOH atau soda api.
Langkah selanjutnya, terang Adhwaa, bahan serat dihaluskan dengan cara diblender untuk kemudian dicetak secara manual menggunakan sablon khusus.
“Dari satu kilogram bahan baku bisa menghasilkan 24 lembar kertas daur ulang ukuran A5,” kata dia.
Terkait lomba riset internasional itu sendiri, Adhwaa mengaku tak menyangka bisa membawa pulang medali emas.
Pasalnya, ia dan timya harus bersaing dengan 145 tim peserta dari 20 negara, di antaranya Amerika Serikat, China, India, Korea Selatan, Malaysia, dan Indonesia selaku tuan rumah.
“Apalagi presentasinya juga kan dengan bahasa Inggris. Sempat grogi, tapi alhamdulilah bisa melaluinya,” ujar Adhwaa diamini anggota tim yang lain.