KOMPAS.com - Ganjar Pranowo menyatakan siap maju sebagai calon presiden (capres) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.
Pernyataan Ganjar tersebut didukung oleh Ketua DPC PDI-P Solo FX Hadi Rudyatmo.
"Siap maju capres, iya siap mendukung," ujar pria yang kerap disapa Rudy ini, Rabu (19/10/2022).
Baca juga: Ganjar Nyatakan Siap Maju Jadi Capres 2024, FX Rudy: Iya Siap Mendukung
Namun, buntut pernyataan Ganjar yang didukung Rudy, membuat dua kader partai berlambang banteng moncong putih tersebut dipanggil oleh DPP PDI-P.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sudah lebih dulu dipanggil ke Jakarta pada Senin (24/10/2022). Ganjar kemudian dijatuhi sanksi teguran lisan atas pernyataannya siap maju sebagai capres pada 2024.
Adapun Rudy dipanggil ke Jakarta pada Rabu (26/10/2022).
Baca juga: Ganjar Kena Sanksi Teguran Lisan Imbas Pernyataan Siap Jadi Capres
Terkait fenomena dan polemik dukungan kepada Ganjar ini, pengamat politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Agus Riewanto, memberikan pandangannya.
Menurut Agus, apa yang terjadi di PDI-P merupakan bentuk dinamika partai. Apalagi, sekarang ini mulai memasuki tahun politik.
"Ini merupakan dinamika partai, setiap partai memiliki dinamika masing-masing," ucapnya saat dihubungi Kompas.com, Senin.
Mengenai fenomena dukungan ini, Agus menilai bahwa dalam tubuh PDI-P terdapat kader progresif. Kader ini ingin cepat-cepat untuk segera memantapkan pilihannya dalam pencapresan.
Baca juga: Saat Sejuta Persen Dukungan FX Rudy untuk Ganjar Berbuntut Panjang...
Namun, sikap kader progresif tersebut terbentur oleh pandangan dari DPP PDI-P yang masih memilih untuk memperhitungkan capres yang akan diusung.
"Tapi, DPP punya pandangan lain. DPP ingin agak memperhitungkan dulu, mesti dikompromikan," ungkap dosen Fakultas Hukum UNS Surakarta ini.
Baca juga: Bakal Dapat Pendisiplinan dari PDI-P Usai Dukung Ganjar Nyapres, FX Rudy: Wajar, Saya Kan Nakal
Mengenai polemik ini, Agus menyarankan agar PDI-P segera berkompromi dengan kader-kader progresif. Hal ini dilakukan untuk menjaga kohesivitas partai.
"Perlu dikompromikan, perlu wadah untuk menampung kader-kadernya untuk satu suara. Pasalnya, kohesitivitas partai akan menjaga kesolidan dan menentukan kemenangan," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.