“Sebenarnya belum musim hujan, karena seharusnya November-Desember. Musim hujan sekarang maju. Ini tidak bisa diprediksi. Karena kalau biasanya (sekarang) masih kemarau. Kalau dulu, perkiraan musim hujan masih jauh. Setelah panen baru turun hujan,” kata Subardi.
Kini ia harus bersiap merugi. Cabai seharusnya bisa Rp 30.000 per kilogram, sekarang jeblok hingga Rp 9.000.
Bahkan, cabai hijau hanya Rp 2.000-Rp 3.000 di tingkat petani. Begitu pula dengan semangka, jatuh hingga Rp 800 per kilogram.
Sementara, modal yang dikeluarkan Rp 3 juta-Rp 4 juta untuk bibit pohon, belum obat dan lainnya.
Pada lahan pertaniannya, ia memanfaatkan kotoran ternak dengan fermentasi. Hasilnya tampak menggembirakan, dengan buah banyak dan pohon rimbun.
Ia memprediksi akan mendapat hasil minimal Rp 10 juta-Rp 15 juta. Tapi hasil berkata lain.
“Kami mengharapkan ada perhatian pemerintah, misal kembali modal karena kami tidak punya modal lagi,” kata Subardi.
Subardi salah satu dari banyak petani yang mengalami kerugian akibat pergeseran musim.
Gagal panen maupun kerusakan terjadi pada berbagai tanaman sekitar 30 hektare lahan tani kelompok Sidodadi.
Ketua Kelompok Tani Sidodadi, Ngadimin mengatakan, selain semangka, gagal panen juga dialami petani yang menanam melon hingga sayuran.
Terbanyak adalah kerusakan pada tanaman cabai merah.
“(Gagal panen) semangka lima hektar, melon tujuh hektar dan cabai keriting sekitar 20 hektare. Belum lagi lahan sayur, seperti terong,” kata Ngadimin.
Lahan pertanian di pantai mengikuti kontur bukit dan lembah gundukan pasir. Karenanya ada yang menanam di bagian bukit ada yang lembah.
Gagal panen terjadi di lahan yang lebih rendah di mana air hujan menggenang semalaman.
“Walau lahan pasir bisa menggenang, lahan pasir tidak rata, rendah tergenang air. Kalau buah sudah besar, bila tidak cepat diangkat maka rasa sudah tidak enak dan tidak manis,” kata Ngadimin.
Sementara itu, banyak tanam cabai terjangkit jamur fusarium yang membuat tanaman jadi layu.
Baca juga: Sesuai Arahan Jokowi, Pemkot Semarang Rancang Program Ketahanan Pangan untuk Hadapi Resesi 2023
Terpaksa cabai hijau dipanen dan membanjiri pasar sehingga harga anjlok. Cabai yang sudah merah pun konon rusak sampai di pasar.
“Cabai jadi anjlok, dari Rp 38.000 menjadi Rp 10.000. Bahkan, yang hijau hanya Rp 5.000. Harga semangka anjlok hingga Rp 800 per kilogram di tingkat petani,” kata Ngadimin.
Kesulitan petani belum berhenti di kerugian saja. Ngadimin mengatakan, beberapa petani ada yang mengalami kesulitan karena terjepit pinjaman uang di bank untuk modal awal bertani.
Keberhasilan tanam dan panen selama ini membuat petani berani meminjam uang di bank untuk modal kerja.