Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Petani Menangis Cabut Tanaman Cabai dan Banting Semangka di Lahan Tergenang Hujan

Kompas.com - 20/10/2022, 21:47 WIB
Dani Julius Zebua,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Petani menangisi gagal panen akibat hujan merendam lahan pertanian pasir pantai di Kalurahan Banaran, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Video petani menangis di tengah rasa kesal pun viral.

Dalam video, petani mengenakan jas hujan bahan plastik kresek. Berjalan di genangan air hujan hampir setinggi lutut.

Mereka mencabut pohon cabai dan membantingnya ke genangan air.

Begitu pula di lahan yang lain, mengambil semangka yang kulitnya masih ranum lantas membanting buah itu ke genangan.

Baca juga: Bayi di Bantul Meninggal karena Gagal Ginjal Akut Misterius, Ini Cerita dari Sang Ayah

Gagal panen sebagian petani tengah menghantui lahan pertanian pasir pantai di Banaran, Galur. Lahan pertanian berada di luar komplek obyek wisata Pantai Trisik.

Seorang petani di lahan tergenang banjir ini mengaku gagal panen semangka dan cabai seluas 3.000 meter persegi pada musim tanam kali ini.

“Semangka dan cabai yang gagal karena hujan terendam,” kata Sunardi, di rumahnya, Kamis (20/10/2022).

Hujan deras berlangsung belakangan mengakibatkan lahan Subardi tergenang air semalam.

Air merendam lahan semangka yang baru berumur 42 hari dan siap petik sepekan ke depan.

Air juga merendam sekitar 5.400 batang pohon cabai merah keriting yang berumur 52 hari dan sudah mulai banyak buah.

Subardi mengatakan, semua tanaman rusak.

“Semangka padahal sudah dilihat bakul (pengepul). Tapi malah jadi seperti ini,” kata Subardi.

Semua karena hujan tahun ini tidak bisa diprediksi. Subardi mengolah lahan itu sejak 1990-an. Biasanya perkiraan hujan pada November.

 

“Sebenarnya belum musim hujan, karena seharusnya November-Desember. Musim hujan sekarang maju. Ini tidak bisa diprediksi. Karena kalau biasanya (sekarang) masih kemarau. Kalau dulu, perkiraan musim hujan masih jauh. Setelah panen baru turun hujan,” kata Subardi.

Kini ia harus bersiap merugi. Cabai seharusnya bisa Rp 30.000 per kilogram, sekarang jeblok hingga Rp 9.000.

Bahkan, cabai hijau hanya Rp 2.000-Rp 3.000 di tingkat petani. Begitu pula dengan semangka, jatuh hingga Rp 800 per kilogram.

Sementara, modal yang dikeluarkan Rp 3 juta-Rp 4 juta untuk bibit pohon, belum obat dan lainnya.

Pada lahan pertaniannya, ia memanfaatkan kotoran ternak dengan fermentasi. Hasilnya tampak menggembirakan, dengan buah banyak dan pohon rimbun.

Ia memprediksi akan mendapat hasil minimal Rp 10 juta-Rp 15 juta. Tapi hasil berkata lain.

“Kami mengharapkan ada perhatian pemerintah, misal kembali modal karena kami tidak punya modal lagi,” kata Subardi.

Subardi salah satu dari banyak petani yang mengalami kerugian akibat pergeseran musim.

Gagal panen maupun kerusakan terjadi pada berbagai tanaman sekitar 30 hektare lahan tani kelompok Sidodadi.

Ketua Kelompok Tani Sidodadi, Ngadimin mengatakan, selain semangka, gagal panen juga dialami petani yang menanam melon hingga sayuran.

Terbanyak adalah kerusakan pada tanaman cabai merah.

“(Gagal panen) semangka lima hektar, melon tujuh hektar dan cabai keriting sekitar 20 hektare. Belum lagi lahan sayur, seperti terong,” kata Ngadimin.

Lahan pertanian di pantai mengikuti kontur bukit dan lembah gundukan pasir. Karenanya ada yang menanam di bagian bukit ada yang lembah.

Gagal panen terjadi di lahan yang lebih rendah di mana air hujan menggenang semalaman.

“Walau lahan pasir bisa menggenang, lahan pasir tidak rata, rendah tergenang air. Kalau buah sudah besar, bila tidak cepat diangkat maka rasa sudah tidak enak dan tidak manis,” kata Ngadimin.

Sementara itu, banyak tanam cabai terjangkit jamur fusarium yang membuat tanaman jadi layu.

Baca juga: Sesuai Arahan Jokowi, Pemkot Semarang Rancang Program Ketahanan Pangan untuk Hadapi Resesi 2023

Terpaksa cabai hijau dipanen dan membanjiri pasar sehingga harga anjlok. Cabai yang sudah merah pun konon rusak sampai di pasar.

“Cabai jadi anjlok, dari Rp 38.000 menjadi Rp 10.000. Bahkan, yang hijau hanya Rp 5.000. Harga semangka anjlok hingga Rp 800 per kilogram di tingkat petani,” kata Ngadimin.

Kesulitan petani belum berhenti di kerugian saja. Ngadimin mengatakan, beberapa petani ada yang mengalami kesulitan karena terjepit pinjaman uang di bank untuk modal awal bertani.

Keberhasilan tanam dan panen selama ini membuat petani berani meminjam uang di bank untuk modal kerja.

 

Mereka terpaksa meminjam uang karena semua harga naik, mulai dari obat hingga pupuk.

Namun, karena prediksi meleset. Banyak petani was-was atas utang bank ini. Tidak heran beberapa petani menangis.

Ngadimin mengaku, ikut sedih pada gagal panen dan kerusakan tanaman sebagian petani di kelompoknya.

Hal ini ironi bagi pertanian Trisik yang ikut menyangga suplai cabai bagi daerah lain.

Baca juga: Polresta Yogyakarta Amankan 1 Pelaku Penganiayaan yang Menewaskan Mahasiswa Timor Leste

Cabai petani Trisik disuplai hingga Palembang, Jambi maupun Riau dan Batam.

Pada situasi normal, panen bisa mencapai 20 ton per hektare cabai merah kriting.

Semangka dan melon masing-masing juga bisa 20 ton per hektare. Bahkan, di musim panen yang bagus, petani menghasilkan 20 ton per hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Regional
Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Regional
Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Regional
Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Regional
4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

Regional
Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Regional
Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Regional
Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Regional
Ratusan Ribu Suara Pemilu di Babel Tidak Sah, KPU Siapkan Pengacara

Ratusan Ribu Suara Pemilu di Babel Tidak Sah, KPU Siapkan Pengacara

Regional
2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

Regional
HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

Kilas Daerah
Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Regional
Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Regional
Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Regional
Tujuan Pria di Semarang Curi dan Timbun Ratusan Celana Dalam Perempuan

Tujuan Pria di Semarang Curi dan Timbun Ratusan Celana Dalam Perempuan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com